Lihat ke Halaman Asli

Alex Journey

Travel writer

Covid-19 Pulau Rote, Waspada "Bom Waktu" di Wilayah Pelosok Indonesia

Diperbarui: 25 Januari 2021   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua pekan setelah awal vaksinasi, kasus Covid-19 di Indonesia masih relatif tinggi. (Antara Foto/Asprilla Dwi Adha)

Hampir dua pekan setelah Presiden Jokowi menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Sinovac di Indonesia, tren kasus Covid-19 nasional masih tinggi.

Bahkan kebijakan PSBB (atau apapun istilahnya) Jawa Bali selama dua pekan - kemudian diperpanjang sampai 8 Februari, masih disertai kabar tingginya tingkat keterisian rumah sakit untuk penderita Covid-19.

Kejadian di Depok seorang pasien Covid-19 meninggal di taksi karena kapasitas RS penuh, hal ini patut menjadi warning bersama.

Kalau di Jawa dan Bali - di mana ketersediaan fasilitas, tenaga medis, dan edukasi masyarakat dianggap memadai, masih banyak ditemui kasus-kasus seperti di atas, lantas bagaimana dengan daerah-daerah di pelosok Indonesia?

Dikabarkan Merdeka.com, ada keluarga di Pulau Rote, Nusa Tengara Timur, yang membawa pulang jenazah pasien Covid-19 tanpa alat pelindung diri (APD) dan hanya mengenakan masker.

Aksi itu dipicu kekecewaan terhadap pihak RSUD Ba'a yang tidak menjelaskan status pasien hingga meninggal dunia. "Tadi malam almarhum masih tidur bersama cucunya di atas tempat tidur di ruang IGD", ujar kerabat korban.
 
Menurutnya, sejak almarhum masuk rumah sakit pada Jumat (22 Januari), pihak rumah sakit tidak pernah menjelaskan status pasien apakah Covid-19 atau tidak. Namun saat meninggal, baru diberitahu bahwa korban terpapar Covid-19.

Seorang kawan yang tinggal di Flores mengatakan, belum lama ini sejumlah dokter dan tenaga medis di Ruteng sempat tidak mau bertugas lantaran fasilitas dan APD yang minim, sementara kasus positif Covid-19 terus naik.

Di Kabupaten Sikka, seorang biarawati dikabarkan meninggal karena Covid-19. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena terkait aktivitas pelayanan dan interaksi dengan banyak orang.

Saat tinggal beberapa hari di Rote bulan Desember lalu, saya sempat berbincang dengan warga setempat. Selain mematikan sektor wisata, warga berharap tidak sampai ada kasus Covid-19 di Rote karena minimnya fasilitas kesehatan.

"Di sini (Nembrala) rumah sakit jauh. Kalau sampai ada yang kena corona, kita pasti kesusahan semua karena bisa cepat nyebar dan lockdown total," kara warga tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline