Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar

😋 bukan konten kreator 😋

Hutan Karamunting, Sekumpul, dan Abah Guru

Diperbarui: 14 Desember 2020   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langgar Ar-Raudah tempo dulu (dokpri)

Martapura, tepatnya di Sekumpul. Pada tahun 1980an, merupakan kawasan yang didominasi oleh semak belukar. Warga setempat menjulukinya dengan sebutan Hutan Karamunting. Bukan tanpa sebab, julukan itu disematkan.

Karamunting atau Melastoma Malabathricum tumbuh subur menyelimuti kawasan Sekumpul saat itu.

Kawasan hutan karamunting atau Sekumpul tempo dulu, jauh berbeda dengan yang sekarang. Kini kawasan Sekumpul menjadi pusat pengajian H Muhammad Zaini bin H Abdul Ghani al-Banjari atau biasa kita kenal dengan panggilan Abah Guru Sekumpul.

Tidak ada seorang pun yang menyangka, kawasan yang terkenal dengan sebutan hutan karamunting itu pun akan menjadi tempat kediaman seorang Waliyullah.

Sungai Kacang

Sebelum nama Sekumpul menjadi sepopuler sekarang, kawasan ini terkenal dengan sebutan Sungai Kacang. Walaupun sebenarnya, sejak tahun 1970-an kawasan itu sebagian ada yang memberi nama Sekumpul. Namun, nama yang lebih populer saat itu ialah Sungai Kacang. Apalagi di ujung jalan A. Yani terpampang jelas nama jalan SUNGAI KACANG.

"Pada tahun 1980an, Kawasan Sungai Kacang terkenal sebagai kawasan yang rawan. Baik dari sisi mistis, maupun dari tindak kejahatan", ungkap Johansyah warga Desa Bincau.

Saat itu Johansyah bertempat tinggal di Guntung Alaban (Bersebelahan dengan kawasan Sekumpul sekarang). Pohon Karamunting yang tumbuh saat itu bisa mencapai 2 meter lebih tingginya.

"Dulu kawasan ini paling hanya ada satu atau dua buah ruma, itu pun bukan di kawasan regol (Sekumpul) ini. Kalau malam setelah isya, jarang ada yang mau lewat Sungai Kacang. Apalagi yang mau ke Bincau, karena sering terjadi tindak perampasan", kenangnya.

Selain rawan tindak kejahatan, beberapa kisah mistis pun turut mewarnai kawasan ini. Menambah kesan angker terhadap Sekumpul saat itu. Pasokan listrik yang terbatas, membuat kawasan yang tumbuh pohon karamunting di dalamnya semakin gelap gulita.

Sebelum Guru Sekumpul pindah ke Sungai Kacang, harga tanah di kawasan ini terbilang murah. Satu meter hanya berharga sekitar Rp5 ribu hingga Rp7,5 ribu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline