Bidang studi PAUD sendiri mengambil andil besar dalam ranah pendidikan Indonesia karena di rentang usia lahir sampai 6 tahun lah anak mengalami era yang disebut Montessori dalam Hainstock sebagai masa keemasan (the golden years) (Ariyanti, 2016). Pendidik yang akan membantu anak-anak usia dini untuk tumbuh, belajar, dan berkembang tentu harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang pola pikir dan perilaku anak di masa keemasan serta apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir, melatih gerakan motorik, dan memaksimalkan rangsangan sensorik (Ariyanti, 2016). Di sini lah Prodi PAUD memosisikan dirinya dalam ranah pendidikan Indonesia.
Sofia Hartati merupakan seorang Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Pembelajaran Sosial Anak Usia Dini di Universitas Negeri Jakarta. Namun, sebelum memikul peran tersebut, Sofia telah lama berkecimpung di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dan S3 di Universitas Padjadjaran dan IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Selagi menempuh pendidikan doktornya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Sofi bekerja sebagai dosen. Terlepas dari statusnya yang merupakan dosen baru, Sofia diberi kesempatan yang menantang untuk membuat prodi baru oleh Dekan FIP UNJ saat itu, yakni membuat Prodi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Berkat usahanya bersama dengan tim pengembang prodi baru tersebut, UNJ berhasil menjadi pelopor Prodi PAUD di Indonesia.
Menurut Persatuan Guru Besar Indonesia (Pergubi) per 2022, terdapat kurang dari 2% atau sekitar 5.478 profesor di Indonesia (Ulasan.com, 2023). Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 316.912 dosen di Indonesia pada tahun 2022. Sofia berhasil menjadi salah satu dari 2% yang mendapatkan gelar Guru Besar. Minat dan tekadnya di bidang ilmu Pembelajaran Sosial Anak Usia Dini membawanya menuju posisi yang ia capai saat ini.
Perjalanan itu telah ditempuhnya sejak duduk di bangku kuliah. Wanita kelahiran Serang, Banten ini menamatkan pendidikan SD, SMP, dan SMA-nya di tanah kelahirannya. Kemudian, pada tahun 1981, Sofi melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana di IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Jurusan Pendidikan Geografi. Semasa menempuh studi sarjananya, Sofia bukan mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang). Sofia termasuk ke dalam kelompok mahasiswa kura-kura (kuliah-rapat, kuliah-rapat) yang aktif mengikuti berbagai macam organisasi, kepanitiaan, dan kegiatan mahasiswa lainnya. Keaktifannya itu membuatnya dipercaya untuk memegang jabatan sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi dan Ketua Senat di IKIP Bandung.
Selain kegiatan kemahasiswaan di dalam kampus, Sofia juga kerap berpartisipasi di kegiatan kaderisasi kepemudaan tingkat Jawa Barat dan Nasional, seperti Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), maupun Kosgoro. Sofia juga pernah dikirim oleh institusinya untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan mahasiswa tingkat nasional di Cibubur yang memakan waktu hingga 45 hari lamanya.
Kemudian, pada tahun 2005, di saat yang sama ketika Sofia ditugaskan sebagai Ketua Unit Office International Education (OIE) oleh Rektor UNJ, ia juga mengemban tugas secara part time untuk membantu Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SKIB) yang dipimpin oleh Ibu Negara saat itu, yakni alm. Ani Yudhoyono, untuk mengembangkan Program Indonesia Pintar (PIP) yang bertujuan mengembangkan minat baca masyarakat mulai dari anak usia dini hingga usia lanjut di seluruh Indonesia. PIP juga menyasar kalangan rentan dan menengah ke bawah agar mendapatkan bantuan pendidikan yang layak.
Sembari terus aktif memegang SKIB, Sofia yang kala itu menjabat sebagai Ketua Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) (2007--2011) melalui kerja sama sinergi antar prodi PGPAUD dengan Program Indonesia Pintar, ia berkesempatan mengajak mahasiswa dan dosen muda PGPAUD UNJ untuk terlibat dalam program Indonesia Pintar mendampingi alm. Ani Yudhoyono dan ibu-ibu SKIB lainnya melaksanakan program Indonesia Pintar ke seluruh pelosok tanah air.
Kisah Sofia Hartati merupakan bagian dari ratusan kisah wanita Indonesia lainnya yang berkontribusi membangun negeri dengan cara mereka masing-masing dan Sofia memilih untuk mengambil peran melalui pendidikan. Pendidikan bukan hanya soal ujian dan mendapatkan laporan nilai di akhir semester, tetapi juga pembentukan karakter. Manusia tidak lahir dengan kebaikan atau kejahatan yang murni, sifat-sifat itu datang perlahan-lahan dengan bantuan lingkungan dan masyarakat. Secara teori, pembentukan karakter anak dimulai dari usia 0-8 tahun (Arismantoro, 2008). Oleh karena itu, pendidikan anak di usia dini memegang bagian besar dalam tumbuh dan kembang anak dalam jangka panjang.
Sofia memahami betul hal itu, selama belasan tahun karirnya di bidang pendidikan, ia telah mempublikasikan banyak artikel jurnal yang bertujuan untuk mengulik dan mengupas problematika pendidikan anak. Salah satu publikasinya berjudul "The Impact Of Academic Press And Student Teacher Relationship On Children's Emotional Adjustment" yang diterbitkan di Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini bersama dengan dua penulis lainnya, Ayuningtyas dan Sumadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H