Negara Myanmar mengalami guncangan sejak militer mengambil alih kekuasaan pada Senin, 1 Februari 2021 lalu. Dalam kudeta itu, militer menangkap Kanselir Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint, dan beberapa tokoh senior Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dalam sebuah penggerebekan dini hari. Myanmar kian memanas pasca kudeta oleh junta militer. Para pengunjuk rasa anti-kudeta yang turun ke jalan pun banyak yang menjadi korban kekejaman rezim tersebut.
Ketegangan ini terjadi karena tentara menuduh pemerintah mencurangi pemilihan parlemen pada November 2020 lalu, di mana partai Suu Kyi dituding memperluas mayoritas parlemennya dengan mengorbankan perwakilan militer. Namun demikian, komisi pemilihan mengatakan tidak ada bukti yang kuat terkait dengan tudingan itu.
Protes terus berlangsung di Myanmar Lebih dari 60 pengunjuk rasa telah tewas dan lebih dari 1.800 ditahan menurut data kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. The Democratic Voice of Burma, sebuah televisi independen dan layanan berita online, juga menghitung ada 38 kematian. Sedikitnya, 34 korban dikumpulkan oleh seorang analis data di Yangon, kota terbesar di Myanmar.Namun demikian, Associated Press tidak dapat mengkonfirmasi sebagian besar kematian yang dilaporkan. Akan tetapi, menurut seorang analis itu, setidaknya ada 18 orang meninggal di Yangon, delapan orang di pusat kota Monywa, tiga kematian di Mandalay dan dua di Salin. Serta masing-masing satu kematian di Mawlamyine, Myingyan dan Kalay.
Salah satu korban dari kebrutalan aparat di Myanmar adalah Kyal Sin alias Deng Jia Xi juga dikenal sebagai Angel. Gadis usia 19 tahun itu meninggal usai tertembak aparat di bagian kepalanya dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay. Pada hari Kamis di Mandalay, orang-orang berbaris untuk prosesi pemakamannya. Para pelayat melantunkan lagu revolusioner dan meneriakkan slogan anti-kudeta, demikian sebagaimana Reuters.
Menurut saya, Angel adalah sosok pemberani. Dalam demonstrasi itu, menendang pipa air sehingga para pengunjuk rasa bisa membasuh mata mereka dari rasa sakit akibat gas air mata. Sebelum meninggal, Angel berpesan bahwa ia menyumbangkan bagian organ tubuhnya kepada mereka yang membutuhkan jika ia meninggal. Begitu mulianya ia, bukan hanya sekedar nama saja Angel tetapi kepribadian nya pun layaknya seperti seorang "Angel".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H