Lihat ke Halaman Asli

Berdamai dengan Kehidupan

Diperbarui: 24 Februari 2021   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kisah yang menginspirasi ini hadir dari kisah hidup beberapa orang yang telah mengalami hitam putihnya kehidupan. Yang namanya hidup tidak selalu berjalan dengan mulus sesuai keinginan tanpa adanya hambatan. Sudah banyak sekali yang orang yang gagal dalam hidupnya karena adanya keputusasaan dan kehilangan semangat untuk hidup. Padahal, segala yang terjadi sudah menjadi skenario Tuhan Sang Maha Kuasa sehingga manusia tidak bisa mengelaknya.

Hanya saja itu tergantung bagaimana cara kita dalam menjalani skenario-Nya. Apakah kita akan mengeluh dan menyerah begitu saja dengan masalah hidup yang diberikan ataukah kita menerima dengan ikhlas dan lapang dada semua masalah itu kemudian menyelesaikan dengan hati dan pikiran yang tenang. Yang bisa menjawab nya hanyalah diri kita sendiri.

Terlepas dari itu semua suatu hari terdapat seorang anak lelaki yang bernama Athayya Baihaqi. Ia tinggal di sebuah rumah sederhana di kampung bersama ayahnya. Suatu ketika ia pernah ditanya oleh ayahnya

" Nak, ayah boleh bertanya sesuatu? " kata ayah.

" Boleh ayah. Mau bertanya apa, yah? " tanya Atha.

" Ayah mau bertanya, jika suatu hari nanti kamu sudah besar dan beranjak dewasa seperti ayah, apa yang akan kamu lakukan? " kata ayah sambil mengelus kepala nya.

" Jika Atha besar nanti Atha mau menjadi seorang lelaki yang bijaksana yang bisa membantu menyelesaikan masalah banyak orang. Jadi nanti Atha bisa berguna buat banyak orang. " jawab Atha dengan penuh semangat.

" Wah bagus sekali nak. Ayah mendukung cita-cita mu. Kelak nanti ayah akan bangga pada mu nak. " kata ayah sambil mencium hangat anaknya.

Ayahnya khawatir jika keinginan anaknya, Athayya tidak bisa menggapai cita-cita nya. Karena saat ini anaknya tidak sekolah karena keadaan ekonomi yang tidak memadai. Ayahnya Athayya bekerja sebagai penjual roti keliling. Biasanya untuk mengisi kegiatan sehariannya, Atha suka ikut bersama ayahnya.

Dengan mengayuh sepeda, ayahnya Atha mengelilingi kampung untuk menjajakan roti yang dijualnya bersama dengan Atha yang dibonceng ayahnya. Atha begitu senang melihat pemandangan di sekitar selama perjalanan.

Pada suatu pagi yang cerah, ayah Atha kehabisan mentega untuk bahan membuat roti. Kemudian ia datang ke seorang penjual mentega yang biasa ia beli mentega nya ketika kehabisan mentega. Tapi sayang nya ia tak punya cukup uang untuk membeli mentega itu. Ia berpikir sejenak bagaimana cara nya ia membeli mentega itu untuk memenuhi bahan-bahan membuat roti sehingga ia bisa berjualan roti kembali. Setelah beberapa saat berpikir, ia mendapatkan sebuah ide.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline