Lihat ke Halaman Asli

Back To Era of Ignorance

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita pasti sudah tahu dan mungkin ini yang diajarkan dalam materi agama Islam di sekolah kita dulu bahwa bangsa Arab sebelum Islam datang adalah bangsa yang punya peradaban Jahiliyah. Dibenak kita mungkin menangkap kata-kata Jahiliyah ini dengan kebodohan, kuno, kehidupan yang amat sederhana, tidak bisa membaca, dan tidak mempunyai pengetahuan teknologi (ilmiah).

Tapi coba kita berfikir sejenak. Bukankah bangsa Arab sebelum Nabi Muhammad saw diutus Allah SWT kebumi ini mereka sudah terkenal dengan kemahiran dibidang sya’ir? Tidakkah kita tahu bahwa bangsa Arab adalah mereka yang selalu menjaga tradisi dengan menghafal silsilah / runtutan garis keturunan (nasab) mereka hingga runtutan yang sejauh mungkin?. Jadi apakah mereka bisa dikatakan bodoh dalam pengertian kita selama ini? Jawabannya tentu saja TIDAK.

Pengertian Jahiliyah dalam hal ini bermakna tidak menggunakan “hati” dan atau “pikiran” mereka. Masih ingat salah satu bait lagu Bimbo yang sangat populer “bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar”. Seperti itulah gambaran Jahiliyah, mereka tahu bahwa yang mereka lakukan itu “salah” tetapi tetap pada kesombongan, keangkuhan, kekerasan, prestise, jabatan, dan tujuan yang akan mengalahkan segalanya.

Sebagai contoh kejadian-kejadian pada zaman Nabi Ibrahim, ajaran Nabi Ibrahim a.s kepada kaumnya, (termasuk ayah kandungnya sendiri) tidak diindahkan sama sekali, agar tidak menyembah dan mempertuhankan berhala-berhala. Perempuan hanya dijadikan budak pemuas nafsunya, anak-anak ditelantarkan. Yang ada pada zaman itu hanya peperangan-peperangan antar suku untuk mencapai tujuan. Siklus kehidupan di dunia ini bagaikan roda yang berputar, silih berganti, kejadian-kejadian di zaman modern ini adalah pengulangan kejadian-kejadian dimasa yang lalu dengan frame yang berbeda.

Maka boleh jadi Jahiliyah pada zaman Arab sebelum Nabi Muhammad diutus (Islam datang) akan dan bahkan terjadi pada zaman modern ini. Kita banyak menyaksikan bagaimana orang-orang yang terkenal dengan kecerdasan, keintelektualan mereka, tapi dengan semena-mena berbuat seenaknya saja demi mencapai suatu tujuan. Mereka bukan bodoh, tetapi membodohi diri sendiri. Mereka bukan tidak tahu, tapi pura-pura tidak tahu.

Dengan kecerdasannya mereka membodohi masyarakat, terutama masyarakat bawah, dengan kekuasaanya mereka memperbudak rakyat. Itulah gambaran singkat perilaku jahiliyah di zaman modern ini. Semoga kita termasuk orang yang selalu diberi cahaya dan petunjuk yang lurus (ihdzinash-shirathal mustaqim), sehingga kita tidak termasuk manusia-manusia dengan sebutan Jahiliyah Modern.

Beberapa contoh kekejaman jahiliyah kuno:


  • Betapa di jaman dulu orang mendengar bengisnya bangsa Arab pada saat itu, karena merasa setiap kelahiran seorang anak perempuan menjadikan aib buat keluarga mereka, sehingga sebuah tindakan yang di jaman itu yang sudah dianggap biasa tanpa merasa berdosa hanya karena malu mempunyai anak perempuan dengan membunuhnya atau mengubur sang bayi dalam keadaan hidup.
  • Memang kalau ditilik dengan zaman yang serba modern dan penuh dengan perjuangan tentang Hak Azazi Manusia (HAM), sepertinya saat ini jahiliyah merupakan cerita kuno, sebagai isapan jempol, kita semua tidak merasa bahwa saat ini kita sedang berada di zaman Jahiliyah Modern, mengalami saat yang serupa dengan kehidupan jahiliyah dizaman sebelum Rasulullah Muhammad saw. Betapa tidak? Coba saja dengar, lihat dan baca di media masa mengenai banyaknya kasus pembunuhan, tidak hanya terhadap kaum wanita, tapi sekarang terhadap semua manusia (wanita hanya menjadi simbol “kelemahan” semata). Kelemahan terhadap kekuasaan, kekuatan, kesempatan, kemiskinan, ketersudutan kepentingan, pengangguran, krisis mental, dll. Semua ini adalah metamorfosa / pengulangan dari jaman jahiliyah kuno yang dimunculkan di jaman modern sekarang.
  • Tidak hanya bayi perempuan saja yang dibunuh, bahkan ayah kandungnya sendiri, ibu kandungnya sendiri, keluarganya sendiri, kalau nafsu setan sudah memuncak, tidak ada yang bisa menghalangi si “jahil” dari perbuatan “membunuhnya”.
  • Berita orang-orang terkenal yang dengan terus terang tanpa beban membeberkan aibnya dengan cara aborsi demi sebuah alasan mempertahankan kehormatannya (mana mungkin menjadi terhormat dengan cara melakukan aborsi?), bahkan dengan tidak malu-malu dan tidak merasa bersalah menceritakannya kepada media massa dengan bangganya. Naudzubillah.

Coba bandingkan pembunuhan bayi-bayi yang tidak berdosa di zaman dulu dengan zaman sekarang:


  • Kalau di jaman Nabi dahulu, sang Bapak masih merasa malu untuk mempunyai anak perempuan dan secara sembunyi-sembunyi membunuh dan menguburnya.
  • Tapi sekarang apa? Tidakkah perbuatan ini sama kejamnya dengan apa yang dilakukan di zaman jahiliyah dulu? Secara blak-blak-an si ibu “jahil” mengungkapkan tindakannya menggugurkan kandungan dengan alasan demi mempertahankan sebuah kehormatan, mempertahankan kesehatannya, maka apakah kita tidak sadar akan bahaya ini?

Di zaman modern ini, zaman dimana banyak orang yang menganggap salah itu benar dan benar itu nyeleneh. Sekarang, semuanya ingin instan dan gampang. Orang-orang tak ingin susah dulu untuk mengalami kesuksesan, segala macam cara ditempuh tidak peduli haram pun yang penting tercapai keinginannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline