Lihat ke Halaman Asli

Maunatu Zulfa

Mahasiswi UIN WALISONGO SEMARANG | Biologi

Merespon Penyebaran Virus yang Makin Melonjak Mahasiswa UIN Walisongo Kampanyekan Taman TOGA (Tanaman Obat Keluarga)

Diperbarui: 3 Maret 2022   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Peresmian Taman TOGA/dokpri

Covid-19 hingga detik ini belum mereda. Kabar berita terus mengupdate penyebaran virus tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa virus Corona mulai lahir varian baru. Dengan berbagai gejala yang ada, dapat dianalisa selayaknya gejala flu pada umumnya yang disertai demam serta sakit tenggorokan. Lantas, gejala tersebut dikategorikan sebagai gejala Covid-19.

Berbagai varian yang telah lahir, omicron dikategorikan sebagai varian yang lebih berbahaya, karena Omicron langsung menjadi variant of concern atau kategori kewaspadaan tertinggi. Omicron tak melalui kategori kelompok variant under investigation (VUI) atau variant of interest (VOI). Dengan lonjakan varian tersebut, masyarakat dihimbau untuk menerapkan hidup sehat dengan minimal menjalankan 5 M (memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas sosial) seperti pada umumnya.

Budaya hidup kini mulai tergeser kembali dengan menerapkan metode back to nature. Model gaya hidup tersebut seolah modern namun sebenarnya adalah memanfaatkan bahan alam yang melimpah. Pemanfaatan bahan alam tersebut diselaraskan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, sehingga tidak nampak akan adanya ketertinggalan metode dan produknya.

Demi melestarikan budaya hidup sehat, dapat dilakukan dari diri sendiri dan keluarga. Dimulai dari tidak mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu juga dilengkapi dengan mengonsumsi bahan penawar racun seperti obat-obatan hasil bumi yang diracik ke dalam resep makanan atau minuman.

Berdasar pada hasil pelonjakan gejala Covid-19 yang merajalela, dianggap perlu untuk menerapkan gaya hidup sehat. Selain dari 5 M yang telah dianjurkan, Menteri Kesehatan Indonesia juga menganjurkan untuk mengonsumsi obat herbal untuk mengurangi obat sintetik.

Pengurangan konsumsi obat kimia dapat diganti dengan obat herbal yang memiliki kandungan seperti obat kimia. Misalkan seperti tanaman rimpang, daun-daun, biji, batang, dan lain sebagainya. Berbagai tanaman yang dulu dianggap tidak berguna kini telah ditemukan kandungan senyawa yang sepadan dengan obat kimia dipasaran. Dengan ini, sangat diperlukan adanya penanaman tanaman obat keluarga (TOGA) di rumah atau lingkungan sekitar.

Tanaman obat keluarga (TOGA) itu sendiri adalah tanaman berkhasiat yang ditanam di pekarangan yang dikelola keluarga untuk memenuhi kebutuhan obat keluarga. Manfaat lain dari herbal Keluarga (TOGA) tidak hanya obat, tetapi juga  manfaat lain seperti menambah nutrisi, sebagai rempah-rempah, dan juga dapat menambah keindahan, serta penggunaan obat tradisional tersebut sebagai usaha untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan selama darurat kesehatan masyarakat atau bencana nasional yang disebabkan oleh penyakit COVID-19.

Penanaman Tanaman TOGA/dokpri

Pada akhir bulan Februari 2022, Mahasiswa KKN MIT DR-13 kelompok 18 UIN Walisongo Semarang mengadakan penyuluhan serta mengampanyekan penanaman serta pengadaan tanam toga sebagai awal untuk memulai hidup sehat. Penyuluhan tersebut tidak dianggap remeh oleh masyarakat. Di sisi yang sama, warga setempat memberikan respon yang positif dan berkeinginan untuk melanjutkan serta mengembangkan taman yang telah didirikan.

“Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada mbak - mbak dan mas - mas KKN MIT DR 13 Kelompok 18 yang sudah bersedia mengadakan penyuluhan serta mengkampanyekan untuk tanan TOGA yang ada di Desa Dompon ini” ujar Bapak Sutopo Broto selaku Lurah di desa tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline