Lihat ke Halaman Asli

Zulfakriza Z.

Dosen yang senang ngopi tanpa gula dan tanpa rokok

Tentang Krakatau, Sebuah Catatan Geologi dan Sejarah Erupsi

Diperbarui: 8 Februari 2022   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Letusan Gunung Anak Krakatau pada 4 Feb 2022 (Sumber: magma.esdm.go.id)

Krakatau, sebuah gunung api aktif yang berada di Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatera. Keberadaan Gn. Krakatau terbentuk akibat adanya aktivitas subduksi lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia.

Pada tahun 1883, tepatnya pada tanggal 26-27 Agustus, Gn. Krakatau mengalami letusan/erupsi yang dahsyat. Jika mengacu pada VEI (volcanic eruption index), letusan tahun 1883 berada pada skala 6. Letusan Gn. Krakatau ini diperkirakan kekuatannya sekitar sepuluh kali lebih eksplosif dibanding dengan letusan Gunung St. Helens di Skamania County, Washington, Amerika Serikat yang memiliki VEI skala 5 dan terjadi pada tahun 1980 .

Jika dibandingkan dengan letakan bom atom, maka letusan Gn. Krakatau 1883 diperkirakan memiliki kekuatan ledakan 200 megaton TNT. Bom Hiroshima 1945 memiliki ledakan dengan kekuatan 20 kiloton TNT, artinya  letusan Gn. Krakatau tahun 1883 hampir 10.000 kali lipat lebih besar dari ledakan Bom Hiroshima.

Dalam catatan sejarah, letusan Gn. Krakatau 1883 memberikan dampak kerusakan dan korban jiwa serta diikuti oleh gelombang tsunami di kawasan Selat Sunda.

Diperkirakan lebih dari 36.000 orang meninggal dan sebagian besar korban meninggal akibat tersapu gelombang tsunami dan sebagian yang lain akibat luka bakar karena awan panas dari letusan Gn. Krakatau.

Sebelum terjadi letusan pada 1883, wilayah komplek Gn. Krakatau (Pulau Krakatau) memiliki tiga puncak gunung api aktif yang saling berhubungan. Ketiganya adalah Perboewatan, Danan dan Rakata. Perboewatan merupakan puncak yang paling aktif yang berada di utara, Danan  yang berada di bagian tengah dan Rakata merupakan puncak paling besar berada di selatan.

Pulau Krakatau dan dua pulau di dekatnya, Pulau Lang dan Pulau Verlatan, adalah sisa-sisa letusan besar sebelumnya (Letusan Krakatau Purba) yang meninggalkan kaldera bawah laut di antara tiga pulau tersebut.

Catatan Geologi

Secara regional, wilayah Indonesia berada pada zona pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik dan Filipina. Kecepatan pergerakan setiap lempeng tektonik tersebut bervariasi dan tentunya dipengaruhi oleh usia lempeng yang tesubduksi. Seperti halnya di bagian barat Sumatera, subduksi lempeng tektonik relatif lebih muda (~40 juta tahun) dibandingkan dengan selatan Jawa yang tersubduksi sekitar 80 juta tahun.  

Zona subduksi ini yang terbentuk mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai Laut Maluku dikatakan sebagai zona busur vulkanik. Kondisi ini terlihat secara jelas adanya jajaran gunung api aktif yang terbentuk di bagian utara Sumatera (Aceh sampai ke Lampung), menerus sampai Jawa, Bali, Nusantara, Sulawesi Utara dan Laut Maluku. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi mencatat 127 gunung api aktif yang ada di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline