Setidaknya ada dua kejadian gempabumi yang menggoyang Banda Aceh dan sekitarnya pada hari Selasa, 14 Maret 2017. Dua gempabumi yang terjadi pada lokasi, waktu dan kekkuatan yang berbeda.
BMKG mencatat gempabumi pertama terjadi pada pukul 09.51 WIB pada koordinat 06.01LU, 92.16BT dengan kekuatan magnitudo 5.9 dan kedalaman sumbernya 10 km. Lebih kurang berselang 10 jam kemudian, gempabumi kembali menyapa. Kali ini BMKG mencatat gempabumi terjadi pada pukul 20.13 WIB pada koordinat 3.56LU, 95.45BT dengan kekuatan magnitudo 5.2 dan kedalaman sumbernya 78 km.
Bagi masyarakat Aceh secara umum, rasa goyangan gempa sudah menjadi hal yang biasa. Kondisi ini tentu dikarenakan seringnya kejadian gempabumi. Meskipun tidak bisa dipungkiri ada juga beberapa masyarakat yang panik disebabkan rasa trauma dari beberapa kejadian gempabumi yang merusak pernah terjadi sebelumnya.
Dua gempabumi yang terjadi pada Selasa (14 Maret 2017) merupakan gempabumi dengan mekanisme dan sumber yang berbeda. Gempabumi pertama yang terjadi pada pukul 09.51 dengan magnitudo 5.9 dikarenakan adanya aktivitas sesar geser di kerak samudera. Gempabumi jenis ini sering diistilahkan dengan sebutan outer rise earthquake.
Gempa bumi ini tidak terjadi pada bidang kontak antara kerak samudera dan kerak benua pada zona subduksi. Akan tetapi terjadi akibat adanya tekanan yang berlebih pada bagian kerak samudera, dalam hal ini kerak samudera Indo-Australia.
Posisi pusat gempabumi berada pada ujung utara punggungan tengah samudera yang dikenal dengan sebutan Ninety East Ridge (NER). Punggungan tengah samudera memiliki panjang sekitar 5000 km dengan lebar rata-ratanya sekitar 200 km. Proses terbentuknya NER ini adalah akibat adanya pergetakan kerak Samudera Indo-Australia yang bergerak dari Selatan ke Utara yang terjadi sejak 71 juta tahun yang lalu.
Gempabumi kedua yang terjadi pada pukul 20.13 dengan magnitudo 5.2 dikarenakan akibat proses penunjaman dua kerak bumi pada zona subduksi. Setelah kejadian gempa dan tsunami Aceh 2014 lalu, gempa-gempa jenis ini sering terjadi di lepas pantai barat Aceh. Terkadang kekuatannya mencapai magnitudo 6.5. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas post-seismic akibat gempa Aceh Desember 2004 lalu. Fase post-seismic diperkirakan masih terus berlansung dalam beberapa tahun ke depan.
BMKG mengkategorikan kedua gempa tersebut dalam Skala Intensitas Gempabumi (SIG) pada skala II. Skala ini artinya bahwa goncangan yang diakibatkan oleh gempabumi dirasakan oleh masyarakat, akan tetapi tidak menimbulkan kerusakan, baik ringan maupun berat.
Banda Aceh, 14 03 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H