Lihat ke Halaman Asli

Zulfakriza Z.

Dosen yang senang ngopi tanpa gula dan tanpa rokok

Sanger, Kopi Susu yang Sama-sama Ngerti

Diperbarui: 7 Januari 2017   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Menyeruput segelas kopi di pagi hari, berbagi cerita dan silaturrahmi. Lebih kurang begitulah ungkapan saat melihat beberapa warung kopi selepas subuh di Banda Aceh. Bahkan ada salah satu komunitas yang terbentuk dari sebuah warung kopi. Mereka menyebutnya dengan singkatan FORSILAKUBRA, Forum Silaturahmi Kupi Beurawe. 

Pemandangan kedai kopi di Banda Aceh terlihat hampir di setiap deretan ruko. Bahkan satu deretan ruko bisa ditemui 2-3 kedai kopi. "Jep kupi dile" sebuah selogan sederhana yang artinya 'ngopi dulu', sebuah makna yang menandakan seseorang sedang menikmati dan duduk di warung kopi. 

Jika ditilik jauh kebelakang, kebiasan minum kopi bagi masyarakat Banda Aceh sudah terjadi turun-temurun, konon kabarnya jauh hari sebelum Belanda datang. Banda Aceh, ada yang mengatakan adalah kota bandar atau pelabuhan. Sembari menunggu kapal berlabuh yang membawa barang, para pekerja pelabuhan di pagi dan sore hari duduk di warung dan menikmati segelas kopi dan terkadang kopi pancung. 

Dan kebiasaan itu menerus sampai sekarang. Sembari menunggu jam kuliah, para mahasiswa ngopi dulu. Sembari mengerjakan tugas, anak kuliahan ngopi dulu. Sembari menunggu kerjaan kantor, para pegawai ngopi dulu. Sembari menunggu deal proyek, para pengusaha ngopi dulu. Sembari berdiskusi, para pengiat industri kreatif ngopi dulu. Sembari menulis, para blogger ngopi dulu. Dan sembari-sembari yang lainnya.

Terlepas dari itu semua, sebenarnya ada hal yang menarik dengan ngopi di Aceh, khususnya Banda Aceh. Ada satu menu pesanan kopi yang mungkin tidak di daerah lain, yaitu kopi sanger. Padanan kopi dengan campuran susu yang pas menjadikan minuman ini unik dan khas. Jenis kopi tersedia dalam dua pilihan, arabika atau robusta. Tentu kedua jenis kopi ini memberikan cita rasa yang berbeda. Kopi arabika, sering disebut dengan kopi gayo karena biji kopi arabika yang khas bersumber dari dataran tinggi gayo. Dan jenis kopi masih murni dari campuran bahan-bahan lain seperti coklat dan jagung. Kopi Gayo Arabika diyakini aman bagi lambung. Kopi Robusta, sering disebut dengan kopi ule kareng. Racikan bubuk kopi yang pas dan khas memberikan aroma kopi tersendiri dan mantap.

Kopi Sanger, tentu bukan kopi susu. Bagi para penikmat kopi sanger, saya salah satunya, akan protes jika dibilang kopi sanger adalah kopi susu. Kopi sanger adalah kopi pake susu, tapi kopi pake susu belum tentu kopi sanger. Tentu berbeda, karena kopi sanger adalah kekhususan dari kopi susu. Setiap kopasus adalah TNI, tapi setiap TNI belum tentu kopasus. Lebih kurang begitulah analoginya.

Sebenarnya, asal muasal kopi sanger masih misteri dan banyak versi. Saya sendiri mendengar istilah kopi sanger sekitar tahun 2000 saat liburan kuliah berkunjung ke Banda Aceh. Kebiasaan kawan-kawan waku itu adalah keluar nongkrong sambil ngopi setelah isya. Beberapa kawan menyakini bahwa kopi sanger dipopulerkan oleh mahasiswa yang ingin minum kopi susu tapi tidak cukup uangnya. Kerena kopi susu terkesan mewah dan harga pasti diatas rata-rata. Supaya harganya miring, takaran susu yang dikurangi dan tanpa gula, sehingga tetap bisa minum kopi campur susu tapi banyarnya tidak semahal kopi susu. Akhirnya muncul istilah "Kopi sama-sama ngerti" antara si mahasiswa dengan abang pembuat kopi. Lama kelamaan ungkapan "Kopi sama-sama ngerti" tersingkat menjadi Kopi Sanger. 

Tapi apapun asal muasal kopi sanger, bagi saya komposisi pas antara kopi dan susu tanpa gula dalam kopi sanger menjadikannya nikmat. Saya lebih memilih kopi sanger arabika, karena selain nikmat di lidah juga segar di badan. 

Jadi, jika Anda berkunjung ke Banda Aceh, pastikan segelas kopi sanger mampir di lidah untuk merasakan racikan kopi dan susu dalam takaran yang pas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline