Lihat ke Halaman Asli

Zulfaisal Putera

Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Ramadan Academy

Diperbarui: 5 Juni 2016   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa di kota metropolitan, semacam di Jakarta, Surabaya, atau Bandung, sungguh penuh ujian dan godaan, demikian kata seorang teman yang merasakan suasana bulan Ramadhan di luar kampungnya. Padahal ini bukan yang pertama dia rasakan. Sebagai mantan kepala asuransi yang sudah memimpin cabang di hampir seluruh provinsi di Indonesia pasti hal semacam ini bukan pemandangan baru.

Ramadan tahun 2014, lupa hari ke berapa, aku dan teman tadi harus segera keluar wisma Pemprov Kalsel di Jakarta karena ada kegiatan di TIM. Begitu keluar pintu, kami menyaksikan warung-warung makan di depan dipenuhi para karyawan kantor-kantor di seputaran jalan itu. Padahal masih pagi. Siang harinya, usai Jumatan di salah satu gedung, sebagian jamaah kembali memenuhi warung-warung tersebut, tentu untuk makan siang.

Pemandangan semacam itu tentu biasa bagi masyarakat Jakarta dan kota-kota sejenis. Pemerintah kotanya tak melarang warung makan buka di siang hari puasa. Namun, tak biasa bagi orang Banjar di Banua. Di sini, warung makan harus tutup. Jika ada yang nekad buka, maka akan diberangus oleh Satpol PP. Bahkan, tempat hiburan malam pun harus tutup sepanjang Ramadan. Setuju atau tidak dengan situasi berbeda tersebut, tetapi begitulah adanya.

Bagaimana pun kerinduan akan suasana bulan puasa di kampung halaman akan menyesakkan dada bila saat Ramadan sedang berada di lain kota. Apalagi suasana Ramadan di banua tercinta, Kalimantan Selatan. Daerah yang penduduk muslimnya sebesar 96,67% ini masih memelihara suasana kondusif bulan mulia ini, bahkan kearifannya masih terasa. Waktu memang telah mengubah bentuk dan warna kearifan itu, kecuali soal ibadah.

Budaya bagarakan sahur, misalnya, masih tetap dilaksanakan di kampung-kampung. Dulu bermodalkan gong, babun dan peralatan dapur sebagai bunyi-bunyian, sekarang dengan gerobak soundsystem yang lebih nyaring. Membunyikan laduman atau meriam bambu juga sudah mulai kurang berganti dengan petasan berdaya ledak keras. Keduanya sangat mengusik ketenangan. Yang mulai hilang budaya badamaran atau menyalakan lampu dengan getah kayu damar pada malam hari dan tanglong penggantinya.

Yang sangat seru dan selalu membuat rindu adalah suasana peribadatan malam Ramadan, seperti salat Isya dan Tarawih. Walau masjid dan musala hanya penuh sesak di sepertiga awal Ramadan, tetapi tetap mewarnai suasana malam. Apalagi suara Bilal saat berseru setiap dua rakaat Tarawih hanya terdengar di bulan itu. Begitu pula Tadarus Al Quran pasca-Tarawih, sungguh sangat menyejukkan. Apalagi kalau pengeras suaranya tidak terlalu nyaring.

Ada kebiasaan baru yang sebenarnya metamorfosis kebiasaan lama. Basasambang atau jalan sore hari menjelang buka, ke pasar wadai misalnya, terkadang tidak memperhatikan etika berpakaian, terutama bagi anak muda. Contoh lain yang tren adalah buka puasa bersama, terutama yang diadakan di rumah makan, dari pinggir jalan sampai hotel berbintang. Asyiknya silaturahmi sambil makan bersama terkadang sebagian yang hadir abaikan salat magrib yang juga utama.

Bulan Ramadan bulan penuh rahmat, bulan Tuhan cuci gudang. Semua peribadatan ditawarkan dengan harga murah dan bonus berlimpah, termasuk ada satu malam dengan imbalan pahala 1000 bulan. Pintu sorga dibuka dan pintu neraka ditutup. Malaikat bertebaran siap mencatat aktivitas ibadah umatnya, sementara setan diikat agar tak bernyali. Namun, sehebat apa pun bahasa promosi Tuhan, semua terpulang manusia. Mau atau tidak memanfaatkannya.

Ibarat sebuah kompetisi pencarian bakat, maka bulan puasa ini adalah Ramadan Academy. Kaum muslimin adalah peserta yang harus siap menyajikan peribadatan dan amalan terbaik di panggung bumi. Ada ‘lagu wajib’ dan ada ‘lagu pilihan’ yang harus ‘dinyanyikan’. Jurinya adalah para malaikat dan sang penentu Allah SWT. Insya-Allah, malam ini muslim di banua dan sedunia akan memulai pentas Ramadan. Andakah bakal pemenangnya? ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline