Lihat ke Halaman Asli

Zulfahmi.M

Dad, Translator, Teacher

Membaca Pesan Siswa yang Terabaikan, Sebuah Tinjauan Grafologi

Diperbarui: 11 Februari 2020   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai seorang pendidikan disebuah sekolah yang tidak begitu favorit di lingkungannya memang merupakan tugas berat dalam mempertahankan kosisten kita sebagai guru disamping juga memiliki beban mempertahan siswa tetap bertahan dan lembaga/lembaga tidak gulung tikar karena gurunya. Namun bukanlah guru swasta namanya kalau tidak kebal dengan segala tantangan. 

Meskipun demikian kebanggaan jadi guru di sekolah wasta yang kecil, dengan dana seadanya (BOS) dan sumbangan masyarakat yang sangat terbatas dikarenakan belum melekat dihati masyarakat,  kami melihat ada keunggulan yang mungkin jadi kebanggaan bagi masyarakat yang menyekolahkan anaknya disini.

Dari beberapa masyarakat yang mencuri perhatian supaya anak diterima disini karena berbagai faktor mengutaraakan kalau personal approach yang dimiliki oleh guru jauh agak berbeda dengan sekolah tetangga. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri lagi. Pendekatan pribadi yang dipertahankan dan dikembangkan sudah menjadi keunggulan tersendiri.

Keberadaan buru BK mungkin tidak begitu terasa, disamping tidak ada namun juga karena kewalahan dengan segala bentuk keisengan dan keusilan siswa menjadi mereka tetap mengeluh dengan berbagai masalah yang muncul dan dipastikan tetap akan muncul. Maka tidak ayal masalah itu kembali kepada guru yang bersangkutan. 

Titik jenuh yang akan terjadi menghadapi perilaku siswa swata adalah dengan memberi label pada siswa dengan kata nakal, pembohong, pemalas, tidak kasihan orang tua, anak durhana, bandel, tidak sadar diri, dan sejumlah merek lain yang mungkin sudah berada pada titik jenuh ditelinga siswa sehingga hal itu hanya nyanyian guru, sebagai penghibur dan ujung-ujungnya akan menjadi candaan bagi mereka bahkan juga oleh guru. Namun ada satu hal yang menggelitik saya yaitunya  guru juga takut aka kehilangan mereka dikarenakan berbagai faktor.

Salah satunya adalah kehilangan jam sertifikasi karena kekurangan murid, tanpa mampu menggali lebih jauh lagi pesan apa yang sebetulnya yang tidak mereka sampaikan sehingga mereka berperilaku sepertu itu. Disinilah saya perlunya kita mendalami dan mengenali dengan sisi lain dan fenome yang selalu menjadi "gunjingan" dikantor  setelah melihat pada hasil dan karya siswanya melalui catatan, latihan, pr dan tugas lainnya yang terlihat tidak biasa dan janggal, yaitunya tentang catatan mereka yang berantakan, bahkan yang aneknya juga terjadi pada siswa perempuan.

Biasanya yang menjadi perhatiannya mereka adalah tulisan mereka susah dibaca walaupun dengan ukuran yang besar, sering mencoret kata dengan jorok, huruf kapital yang tidak pada tempatnya, huruf i dan j tang tidak bertitik, aksen terlalu berlebihan, spasi terlalu jarak atuu terlalu rapat, menulis dengan keras sehingga meninggalkan jejak hingga kebeberapa halaman, paragraf yang terlalu penuh, coretan sana sini, tertalu berjarak kekiri atau kenan dari margin kertas, tulisan rapi tetapi terlalu kecil, dan banyak lainya yang membuat guru geleng-geleng kepala. 

Didalam pandangan grafologi semua itu merupakan pesan yang jelas dari anak dan seharusnya guru menangkap pesan apa sebetulnya yang disampaikan oleh siswa sehingga guru lebih cepat tanggap dan menyesuaikan diri dalam menyelesaikan masalah peserta didik mereka.

Banyak misteri-misteri yang tidak terungkap apa yang terpendam dalam diri peserta didik dan tentunya butuh keahlian khusus untuk mengungkapkan semua itu dikarena keterbatasan guru dalam menghadapi persoalan mereka.  Guru selalu dikalahkan dengan metode dan pendekatan serta ilmu yang jadi kacau karena perilaku siswa. 

Siswa yang memiliki tulisan besar tidak selalu bermakna jelek, namun setidaknya kita dapat mengetahui bahwa siswa memiliki potensi jiwa sosial yang bagus.  Mereka memiliki kepedulian yang cukup terhadap orang lain. Di sinilah letak uniknya siswa swasta, susah bermusuhan dengan guru. Bahkan guru yang bermusuhan dengan anak malah cepat pindah dan angkat bendera putih mengajar disini. 

Tulisan yang selalu merapat kekiri atau kenan merupakan pesan siswa untuk minta untuk curhat tentang keluarga dan harapan dan cita-cita yang belum jelas dan terus menghantui pikiran dan perasaan meraka. Tanda lain seperti kehilangan titik i dan j merupakan indikasi sebetulnya siswa perlu pengagalian potensi kecerdesannya yang tidak terkembangkan dilokal dikarenakan teman-teman yang terlalu majemuk dilokal sehingga guru tidak mengetahui kalai mereka butuh latihan yang lebih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline