Lihat ke Halaman Asli

Tari Tradisional Topeng Malangan yang Berasal dari Jawa Timur

Diperbarui: 6 Januari 2023   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia terkenal dengan banyaknya pulau dan juga keragaman budaya, suku, adat, bahasa, agama dan lain-lain. Ada berbagai macam tarian  tradisional di Indonesia, salah satunya adalah tari topeng Malangan. Tarian ini berasal dari provinsi Jawa Timur yaitu Malang. Ciri utama dari tarian ini adalah topeng. Topeng-topeng itu ditemukan pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Topeng awalnya digunakan untuk menyembah roh atau hal-hal  spiritual. Kemudian banyak pendatang baru yang memperkenalkan dan mengembangkan seni. Seiring berjalannya waktu, topeng ini digunakan sebagai properti oleh para artis pentas  dengan alasan  tidak boleh memakai riasan saat tampil.

Asal muasal seni tari topeng Malangan dipercaya berasal dari kerajaan Gajayana dan kerajaan Kediri. Nama lain  Kerajaan Gajayana adalah Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan ini ditaklukkan pada abad ke-7 dan ke-8. Kerajaan Gajayana memerintah selama kurang lebih  29 tahun (760-789). Kerajaan Gajayana mengetahui topeng itu. Konon pada masa pemerintahan Raja Gajayana, topeng yang digunakan dalam kesenian ini terbuat dari emas dan perak. Dikenal dengan sebutan "Puspo Sariro" yang berarti "Bunga dari lubuk hatiku". Raja Gajayana menggunakan topeng ini sebagai simbol pemujaan kepada ayahnya  Dewa Siwa. Topeng adalah tradisi dan kepercayaan budaya saat itu. Padahal diduga tari topeng Malangan berasal dari kerajaan Kediri. Dipimpin oleh Prabu Airlangga yang menceritakan kisah  Panji. 

Kisah Panji adalah cerita tentang percintaan antara Panji Asmarabangun dan Galuh Candrakirana.Panji Asmoro Bangun adalah tokoh protagonis yang menyusun klimaks konflik  cerita. Warna hijau pada wajah melambangkan bahwa ia adalah orang yang ramah. Di matanya, itu adalah seorang perwira yang jujur, sabar, cepat, dan  berbentuk seperti sebutir beras. 

Sementara itu, bibirnya yang sedikit terbuka berarti dia lembut dan berbudi luhur. Titik emas di antara alisnya menunjukkan bahwa dia adalah keturunan dewa. Alisnya satu bagian, hidungnya mancung dan dia juga memiliki kumis. Seperti  Panji Asmoro Bangun Raden, Dewi Sekartaji tidak memiliki alis, hidung mancung, dan titik emas di antara alis. Wajah putihnya menunjukkan bahwa dia murni, lembut dan baik hati. Gunung Sari, sahabat Raden Panji, bermata sipit dan berkumis panjang. Warna wajahnya sama dengan Dewi Sekartaji yaitu putih yang melambangkan orang baik dan suci. Dewi Ragil Kuning, adik Raden Panji yang aktif. Warna wajahnya yang kuning melambangkan kesenangan. Klan Sewadana adalah tokoh antagonis yang menjadi musuh Raden Panji. Klan  digambarkan sebagai karakter dengan mata besar atau  sipit, hidung berbentuk pagoda, mulut Sinegar iambik, tulang pipi yang mengingatkan pada Ronce Jasmine, dan janggut pendek. 

Karakter ini berwajah merah yang artinya pemarah sekaligus pemberani. Bapang memiliki wajah merah, hidung mancung, dan mata besar. Raut wajah para sahabat marga Sewadana melambangkan kemarahan dan keberanian.Keistimewaan tari topeng Malangan adalah penarinya mengenakan sampur berwarna kuning. Sampur dibaringkan di bahunya sementara sisi kanannya diikat ke lengan kanannya. Sisi kiri sampur akan menggantung. Ukuran scarfnya panjang tapi tidak lebar, sehingga terlihat kecil. 

Ciri khas dari tarian ini adalah  penggunaan topeng. Topeng yang digunakan pada masa kerajaan Gajayana terbuat dari emas. Topeng yang digunakan para penari saat ini terbuat dari kayu yang diukir. Setiap penari memakai topeng yang  sesuai dengan karakternya, termasuk antagonis atau protagonis. Irahan adalah mahkota yang dikenakan penari di  kepala mereka. Mahkota merupakan ciri penting dalam tari topeng Malangan. Seperti halnya topeng, bentuk mahkota biasanya disesuaikan dengan sosoknya. Mahkota yang digunakan untuk karakter seperti ratu lebih cantik dari yang lain. Anting-anting juga merupakan bagian  penting dari tari topeng Malangan ini. Anting yang digunakan panjang sampai ke dada  penari. Anting yang digunakan tidak menempel di telinga, melainkan menyatu dengan mahkota. Anting yang dikenakan para penari berupa bola-bola kecil  berwarna-warni. Syal dan selendang adalah fitur Selendang adalah kain yang lebih pendek dari sampur. Selendang dipasang dan diikatkan di perut  penari. Selendang digunakan dalam gerakan, yang memberi kesan solid pada tarian. Terutama pada tokoh  laki-laki dalam cerita tersebut. Banyak karakter yang seharusnya menjadi ksatria biasanya membawa belati di pinggul mereka. Keris biasanya digunakan dalam pertunjukan tari topeng. Bentuk keris sangat berbeda, karena menyesuaikan dengan adat  daerahnya sendiri.

Pertunjukan tari topeng Malangan biasanya dibagi menjadi beberapa sesi. Yang pertama adalah Gending Giro,  musik  gamelan yang dimainkan oleh Pengrawit untuk menandai dimulainya suatu pertunjukan atau mengajak penonton untuk menonton. Yang kedua adalah salam pembuka, disini salam pembuka biasanya dilakukan oleh salah satu anggota acara untuk menyapa penonton dan merangkum cerita yang akan datang. Pada bagian ketiga dilakukan pengorbanan yaitu ritual yang dilakukan untuk menjamin keselamatan pemain dan penonton serta kelancaran pertunjukan. Dan yang terakhir adalah inti acara yaitu pementasan tari topeng Malangan.

Tari topeng ini sebenarnya merupakan simbol penyatuan dua kerajaan. Kedua kerajaan tersebut adalah Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha. Hingga kini fungsi dan makna tarian ini masih terkait dengan nilai-nilai persatuan. Tarian ini tidak hanya soal persatuan, tetapi juga sering dilihat sebagai ekspresi karakter bangsa. Nusantara yang bersatu menjadi Indonesia dengan berbagai suku dan budayanya. Tarian ini merupakan simbol bahwa Indonesia menghargai persatuan dan tidak menginginkan perpecahan.Budaya tari tradisional ini merupakan keistimewaan daerah. Sebagai negara yang memiliki banyak seni tari, kita harus menjaga dan melestarikannya karena tarian ini juga merupakan aset berharga bagi bangsa. Kita juga memiliki kewajiban untuk melestarikan budaya nenek moyang kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline