Lihat ke Halaman Asli

"Kurikulum Corona" dan Lika-Liku Tahun Ajaran Baru 2020/2021 di Indonesia

Diperbarui: 26 September 2020   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Merebaknya virus covid-19 di seluruh penjuru dunia tak terkecuali di Indonesia tak ubahnya mimpi buruk yang tak kunjung usai. Sampai sekarang perkembangan corona ini masih terus hinggap di kehidupan manusia. 

Seolah tak kunjung menemui tanda-tanda berakhir, masyarakat kini menyambut era kehidupan baru atau dikenal dengan istilah new normal. Tak jarang, orang-orang yang frustasi karena kehidupan mereka khususnya kehidupan perekonomian terhenti memilih untuk tidak lagi berdiam.

Kini perlahan mulai bangkit dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan daya kekuatan yang mereka miliki. Ini merupakan tragedi terjadinya pandemi yang akan terukir menjadi sejarah di era abad 21.

Manusia sebagai makhluk sosial yang mana sangat tidak mungkin untuk hidup di tanpa pertolongan atau koordinasi dengan orang lain, sangat tersiksa dengan pembatasaan sosial seperti saat ini. 

Pola kehidupan yang berubah 180 derajat cukup membuat terkejut dan dibutuhkan adaptasi yang tinggi. Baik di desa dan di kota, tua muda, pria wanita, semua terdampak oleh pandemi ini. Tanpa pandang profesi pula, covid nyatanya memang ada di mana-mana.

Kesulitan yang harus dihadapi di tengah era pandemi ini tidak hanya aspek ekonomi saja yang terpuruk, namun di seberang sana ada aspek pendidikan yang juga kacau balau. Meskipun telah menemukan solusi dengan pemanfaatan teknologi komunikasi yang disertai aplikasi pertemuan jarak jauh seperti zoom dan google meet, tetap saja masih ada ruang-ruang kosong yang tidak bisa maksimal.

Memasuki tahun ajaran baru, saat ini pendidikan sudah berlaangsung mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi. Sebagai dampak dari pandemi di bidang pendidikan yang dirasakan oleh mulai dari murid, pengajar dan orang tua, kesulitan yang dihadapi kurang lebih sebagai berikut:

1. Intensitas Pertemuan antara Guru dan Murid Langsung Anjlok

Interaksi sosial dibentuk ketika dua individu atau lebih saling bertatap muka secara langsung. Namun kini telah melahirkan cabang interaksi baru utamanya di era wabah seperti sekarang ini yakni dapat dikatakan dengan istilah interaksi virtual. 

Dalam interaksi virtual, kedua individu atau lebih harus tersekat sehingga tidak bertemu secara langsung. Ada banyak sekali kiranya aplikasi-aplikasi yang menawarkan konsep berupa ruang pertemuan online atau dalam jaringan (daring). 

Sayangnya bagaimanapun pertemuan langsung akan jauh berbeda nuansa serta kesan perjumpaan dengan pertemuan daring ini. Apalagi dengan situasi ketat darurat yang membatasi seminimal mungkin untuk tidak berinteraksi seperti membatasi bercengkrama, bersalaman, dan bahkan berkumpul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline