Lihat ke Halaman Asli

Zulcar Chaeril

Writer and lecturer

Living on Board Mewah, Menyusuri Sungai Sekoyer dan Berjumpa Orang Utan

Diperbarui: 3 April 2019   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klotok Sekoyer Lesari, tersedia dek tengah dan dek atas atau rooftop. Dok pribadi

Kalimantan dikenal sebagai pulau seribu sungai, tak heran jika pulau ini dialiri banyak sungai di kota-kota besarnya seperti Sungai Kapuas dan Sungai Mahakam. 

Pulau yang berbatasan langsung dengan dengan Malaysia dan Brunei Darussalam ini juga memiliki simpanan alam yang besar yaitu hutan yang terdapat didalamnya. 

Namun sayang banyaknya deforestasi atau pengalihan hutan membuat hutan Kalimantan berkurang begitu cepat yang mengakibatkan berkurangnya luas hutan Kalimantan yang memiliki fungsi sebagai paru-paru dunia dan salah satu habitat asli primata asli Indonesia yaitu orang utan. 

Pulau Kalimantan dianggap sebagai salah satu paru-paru dunia dengan luas hutan mencapai 40,8 juta hektar, namun pada 2010 Greenpeace menyimpulkan bahwa hutan di Kalimantan hanya tersisa 25,5 juta hektar dan WWF memprediksi jika Kalimantan akan kehilangan 75% hutannya pada tahun 2020. 

Selain berkurangnya paru-paru dunia akibat hilangnya hutan di Kalimantan juga berpengaruh terhadap habitat dan populasi satwa yang berada di hutan Kalimantan. 

Pulau yang memiliki nama lain Borneo ini memiliki wisata yang tidak kalah menarik dibanding dengan pulau lain di bumi pertiwi, Indonesia. Salah satu wisata yang menjadi unggulannya adalah menikmati perjalanan menggunakan kapal klotok di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting yang terletak di Kumai, Kalimantan Tengah. 

Kumai yang berawal dari Bahasa Bugis "Kumai" yang memiliki arti "Kembali Ke panguanku" ini adalah pintu masuk menuju kawasan taman nasional yang merupakan habitat asli orang utan Kalimantan ini ternyata memiliki keunikan lain yaitu wisatawan dapat berlayar menggunakan kapal berbahan kayu atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan Klotok untuk menyusuri taman nasional seluas 410.694 hektar. 

Pengunjung taman nasional akan menghabiskan sebagian besar waktunya di klotok, mulai dari tidur, mandi hingga makan dan sesekali turun klotok untuk menyusuri hutan yang berada di dalam taman nasional. 

Perjalanan bermalam menggunakan klotok merupakan ciri khas dari wisata Taman Nasional Tanjung Puting. Tidak perlu takut soal makan karena di klotok tersebut ada seorang juru masak yang khusus dibawa oleh kapten kapal berikut juga kru dan guide yang sudah disediakan untuk melayani semua kebutuhan tamu. 

Untuk soal tidur pun tidak usah khawatir karena kru kapal akan menyiapkan kasur berikut kelambu sebagai alas tidur selama pelayaran, dikarenakan akan tidur dipinggir hutan kru klotok akan memasangkan kelambu untuk mengurangi kemungkinan adanya nyamuk yang akan mengganggu istirahat tamu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline