Lihat ke Halaman Asli

Membawa Harapan Kosong

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1373477213444081429

ketika banyak orang berbondong-bondong datang untuk menjadi sang pahlawan,diantara banyaknya sebuah persoalan hidup dan kemanusiaan, mereka datang seolah membawa janji dan bukti ketika mereka memperjual belikan kata kemaslahatan umat dan bangsa dan mereka menjual ayat-ayat, setelah itu mereka renggut hak-hak yang targadaikan, mereka datang dengan segelintir angan dan harapan bak pecundang berwajah pahlawan, menyentuh hati orang-orang tersebut dengan menggadaikan kebaikan lalu mereka tebus ketika rakyat tersebut telah memberikan mereka kesempatan untuk memimpin, begitu malang nasib mereka, hanya melalui sajak dan kata kata yang penuh keputus asaan mereka datang dan meminta hak mereka, sekali lagi sayang hanya kehampaan yang didapat didalam mereka menaruh harapan, mungkin hanya kematian yang akan mengahiri penderitaan mereka, tak ada lagi harap yang mampu mereka dapatkan, didalam indahnya kehidupan diatas dunia yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan mati dengan kehidupan mereka yang lesu sesungguhnya kebenaran ralatif itu telah dimanipulasi oleh kaum-kaum yang memangku kepentingan didalam benak mereka, mereka bernyanyi dengan nada normatif dan nada-nada diplomasi namun mereka mengabaikan realita yang ada, benar-benar lucu negeri ini, ketika sang penolong dan yang akan menolong sudah sama-sama berada di ujung tebing kebiadaban, menjilati darah daging mereka dan mengaung didalam bisunya rakyat mereka yang tertindas oleh gaya dan perilaku mereka, tatkala jika ingin disandingkan untuk kami siapa yang akan kami lawan dari negara ini, mungkin saja para penjajah yang merenggut hasil bumi kami, namun jikalau bangsa sendiri yang telah menjajah rakyatnya maka bersiaplah untuk kami akan melawan bak kami menghancurkan para penjajah, maka seperti itu pula lah kami akan membinasakan orang-orang yang menjajah bangsa meski ia adalah tumpah darah dari bangsa kami sendiri, meski nyanyian kami tak semerdu nyanyian kalian yang memiliki intelektual tinggi, namun kami yakin nyanyian kami lebih halus melewati bilik-bilik hati kami, penulis by : zul hendri nov




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline