Lihat ke Halaman Asli

Mazhab Iqtishaduna dalam Perspektif Ekonomi

Diperbarui: 27 Februari 2018   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Madzab iqtishaduna

A.Madhzab ini berpandangan bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan islam. Para tokoh madhzab ini diataranya, muhammad baqir as-sadr, abbas mirakhor, baqir al-hasani, kadim as-sadr, iraj toutounchian, hedayati.

Iqtishad bukan hanya sekedar terjemahan dari ekonomi. Iqtishad berasal dari kata bahasa arab qashd, yang secara harfiah berarti "ekuilibrium" atau "keadaan sama, seimbang, atau pertengahan". Sejalan dengan itu, maka semua teori yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya, madzab ini berusaha untuk menyusun teori-teori baru yang langsung digali dan didekuksi dari al-quran dan sunnah.

Madzab ini berpendapat bahwa ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan islam. Ekonomi tetap ekonomi dan islam tetap islam. Ada perbedaan dalam memandang masalah ekonomi (kelangkaan). Baqir menolak adanya kelangkaan. Dengan alasan, allah menciptakan bumi, langit dan segala isinya adalah untuk manusia.baqir menolak pandangan tidak terbatasnya keinginan manusia. Masalah muncul karena distribusi yang tidak merata dan ketidak adilan. Teori ekonomi seharusnya didesikasikan dar al-qur'an. Salah satu tokoh madzab adalah Muhammad baqir as Sadr.

Biografi, pemikiran dan karyan Muhammad baqir as sadr.

Muhammad Baqir As-Sadr berasal dari keluarga shi'tie yang dilahirkan pada tanggal 1 maret 1935 M/25 Dzul Qa'dah 1353 H di Bagdag. Buku Iqtishaduna merupakan karya besar yang mengharumkan namanya di kalangan cengdekiawan muslim. Dari karyanya dalam aspek kehidupan ekonomi, yakni Iqtishaduna melahirkan madzab tersendiri. Menurut madzab ini, ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan islam. Baginya ekonomi islam hanyalah madzab, bukan ilmu.

Menurut teori ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia terbatas. Madzab iqtishaduna menolak hal ini karena dalam islam tidak pernah dikenal adanya sumber daya yang terbatas.

Sadr berpendapat bahwa permasalahan ekonomi muncul dikarenakan oleh dua faktor. Pertama karena perilaku mnusia yang melakukan kezaliman dan kedua karena mengingkari nikmat Allah SWT. Yang dimaksud zhalim disini adalah proses kecurangan seperti penimbunan atau ikhtikar. Sedangkan yang dimaksu ingkar adalah manusia cenderung menafikan nikmat Allah dengan melakukan eksploitasi sumber daya alam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permasalahan ekonomi bukan akibat dari keterbatasan alam dalam merespon setiap dinamika kebutuhan manusia.

Lebih lanjut, madzab ini berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya ditribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat kaya. Sementara yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat miskin. Karena itu, masalah muncul  bukan karena sumber daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.

Ditegaskan dalam surah Al-Furqan(25) ayat 2:

Yang artinya: "Kepunyaan-nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline