Lihat ke Halaman Asli

Zuhriyyah Hidayati

Ibu tiga putra putri yang konsen pada dunia pendidikan, anak, dan keluarga

Optimalisasi Kemitraan Orangtua dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Diperbarui: 2 April 2023   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentas TK Muslimat NU Falahhiyah Lamongan

Selama setahun terakhir, saya berkesempatan menjadi fasilitator sekolah penggerak untuk jenjang PAUD di Kabupaten Lamongan. Selama menjadi fasilitator, saya mendampingi lima PAUD dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan penerapan konsep Merdeka Belajar.

Praktiknya, saya memulai melakukan pendampingan dan fasilitasi dalam program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) untuk kepala dan guru sekolah penggerak. Kegiatan PKP ini berisi tentang pembelajaran secara mandiri atas Kurikulum Merdeka yang ada di Platform Merdeka Mengajar, kemudian diskusi di grup kelas, dan kegiatan refleksi pada tiap tema. Setelahnya, saya memberikan materi-materi pokok terkait Kurikulum  Merdeka, mulai dari penyusunan KOSP, pemahaman tentang capaian pembelajaran (CP), perencanaan pembelajaran dan asesmen, juga tentang Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Semua  kegiatan tersebut dilakukan secara daring.

Pada tahap berikutnya, saya mendampingi sekolah-sekolah penggerak dalam beberapa lokakarya untuk penguatan pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang optimal. Di antaranya lokakarya kurikulum, lokakarya kebhinekaan, pengelolaan hasil asesmen, dan juga lokakarya komunitas praktisi dan berbagi praktik baik untuk pengawas sekolah.

Selain pendampingan penguatan materi Kurikulum Merdeka dan juga pendampingan lokakarya, ada kegiatan kunjungan lapangan dan juga pendampingan intensif tiap bulan terkait progress Implementasi Kurikulum Merdeka dan juga praktik dari konsep Merdeka Belajar. Banyak hal yang menjadi catatan progress dari masing-maisng lembaga. 

Di antaranya adanya perubahan paradigma pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered, perubahan pembelajaran yang awalnya berbasis lembar kerja siswa (worksheet) menjadi pembelajaran yang kontekstual, perubahan pandangan belajar hanya di dalam kelas dengan menggunakan APE  pabrikan menjadi pembelajaran yang berbasis kearifan lokal yang memanfaatkan alam dan juga lingkungan sekitar yang nyata. 

Progress lain yang tidak kalah pentingnya adalah perubahan cara pandang orang tua dari kepasrahan total (pasrah bongkokan) atas semua pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekolah menjadi keterlibatan aktif orang tua dalam proses pembelajaran dan juga terjalinnya kerja sama yang luar biasa antara pihak sekolah dengan komite sekolah, orang tua, masyarakat sekitar, praktisi industri, serta instansi-instansi terkait dalam proses pembelajaran.

Dalam ulasan kali ini, penulis fokus pada keterlibatan dan kerjasama orang tua dengan lembaga dalam proses implementasi Kurikulum Merdeka. Kenapa ini penting? Karena satu dari empat elemen PAUD berkualitas adalah elemen kemitraan dengan orang tua, di samping kualitas proses pembelajaran, dukungan pemenuhan layanan esensial anak usia dini di luar pendidikan, dan kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya (Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas, Direktorat PAUD). Dari keempat elemen tersebut kemudian disusun 9 prioritas peningkatan kualitas PAUD. Tiga prioritas pertama adalah proses pembelajaran berkualitas, kemitraan dengan orang tua, dan penyelenggaraan kelas orang tua.

Pada awalnya, banyak kepala sekolah dan guru menganggap kemitraan dengan orang tua dalam proses pembelajaran sebatas pada pembentukan paguyuban kelas dengan fungsi untuk piket kebersihan kelas saja. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kemitraan dengan orang tua pada sekolah penggerak mengalami progress yang luar biasa. Di TK Muslimat Falahiyah, keterlibatan orang tua meliputi orang tua bersama-sama guru membuat dan menyiapkan alat peraga  edukatif (APE) untuk proses pembelajaran, orang tua membacakan buku setiap dua kali dalam sebulan, orang tua menemani guru di dalam kelas untuk membantu proses  pembelajaran, orang tua menjadi narasumber dalam topik-topik tertentu, dan orang tua bekerja sama dalam pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Hampir mirip dengan di TK Falahiyah, di TK Pertiwi IV juga melakukan kemitraan dengan orang tua dengan melibatkan orang tua untuk membacakan buku setiap hari sebelum pelaksanaan pembelajaran sebagai upaya penguatan budaya literasi anak. Dalam pelaksanaan kemitraan ini, ternyata bakat orang tua pun ikut tergali dengan munculnya karya-karya buku sederhana yang disusun oleh orang tua beserta ilustrasinya yang bagus. Sementara di tiga TK Dharma Wanita di Kecamatan Kembangbahu, kemitraan orang tua meliputi orang tua menjadi narasumber pembelajaran, orang tua membantu proses pembelajaran dalam kelas, dan orang tua membacakan buku di kelas.

Dokumen TK Pertiwi IV Glagah

Kemitraan dengan orang tua ini, baik sekolah maupun orang tua sama-sama mendapatkan manfaat yang besar. Orang tua merasa dihargai karena dilibatkan dalam hal akademik anak-anaknya. Mereka merasa senang karena pada akhirnya orang tua dianggap "ada" oleh sekolah setelah sebelum-sebelumnya hanya dianggap sebagai petugas piket kebersihan saja. Sementara bagi sekolah, keterlibatan orang tua di sekolah tentu saja sangat membantu terlaksananya proses pembelajaran, terutama untuk sekolah-sekolah yang kekurangan guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline