Saya takut bahwa kita mungkin sedang membesarkan generasi muda yang akan tumbuh dengan rasa takut untuk mencintai, takut untuk memberikan diri mereka sepenuhnya kepada orang lain, karena mereka akan melihat betapa sakitnya mengambil risiko untuk mencintai dan tidak berhasil.
Saya khawatir bahwa mereka akan tumbuh mencari keintiman tanpa risiko, mencari kesenangan tanpa investasi emosional yang berarti. Mereka akan begitu takut dengan rasa sakit akibat kekecewaan sehingga mereka akan melewatkan kemungkinan cinta dan kebahagiaan.
Bayangkan seorang anak muda yang tumbuh dalam dunia yang penuh dengan hubungan yang rapuh dan dangkal. Setiap kali mereka menonton film atau mendengar cerita, yang mereka lihat adalah patah hati dan pengkhianatan. Mereka melihat orang-orang terdekat mereka tersakiti, menangis dalam kesunyian malam, meratapi keputusan yang mungkin tak seharusnya diambil. Dunia ini seakan-akan mengajarkan mereka bahwa cinta adalah permainan yang berbahaya, dan hanya sedikit yang berhasil keluar tanpa luka.
Di sekolah, mereka belajar banyak hal---matematika, sains, sejarah---namun pelajaran tentang mencintai dan dicintai sering kali terlewatkan. Mereka belajar tentang angka dan rumus, tetapi bukan tentang bagaimana memberikan diri kepada orang lain dengan sepenuh hati.
Mereka melihat cinta sebagai sesuatu yang rumit, penuh dengan jebakan, dan risiko yang tinggi. Akibatnya, mereka memilih jalan yang lebih aman, menjauh dari komitmen emosional.
Sebagai orang tua, guru, dan anggota masyarakat, kita semua berperan dalam membentuk pandangan mereka tentang cinta. Apakah kita mengajarkan mereka bahwa cinta adalah sesuatu yang patut diperjuangkan, meskipun penuh risiko? Ataukah kita tanpa sadar menanamkan ketakutan dalam diri mereka, bahwa cinta hanya membawa penderitaan?
Generasi muda ini mencari keintiman tanpa risiko. Mereka menginginkan kedekatan, namun takut terikat. Mereka mengejar kesenangan, namun menghindari kedalaman emosional. Mereka merasa nyaman dengan hubungan yang dangkal, karena mereka takut menghadapi kemungkinan patah hati. Padahal, keintiman sejati hanya bisa ditemukan ketika kita berani memberikan diri kita sepenuhnya, dengan segala kerentanannya.
Kita harus mulai mengubah narasi ini. Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa meskipun cinta bisa menyakitkan, ia juga bisa membawa kebahagiaan yang tak terhingga. Bahwa meskipun ada risiko, ada juga kemungkinan besar untuk menemukan kebahagiaan sejati. Kita harus mengajarkan mereka bahwa cinta sejati tidak datang tanpa usaha dan keberanian untuk mengambil risiko.
Marilah kita membesarkan generasi yang berani mencintai, yang tidak takut untuk memberikan diri mereka sepenuhnya kepada orang lain. Biarkan mereka melihat bahwa meskipun cinta kadang-kadang menyakitkan, ia juga bisa menjadi sumber kebahagiaan dan keindahan terbesar dalam hidup. Dengan begitu, mereka tidak akan melewatkan kemungkinan untuk merasakan cinta dan kebahagiaan yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H