Lihat ke Halaman Asli

Resensi "Genap"

Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Judul: Genap
Pengarang: Nazrul Anwar
Penerbit: Adnara Self-publishing
Tahun: 2015
Cetakan: I
Jumlah Halaman: 165 halaman

“Izinkan aku memulai cerita ini dar sebait akad yang terucap di pelaminan. Sebait akad yang akan mengubah banyak hal, sebait akad yang akan membuat aku dan kamu menjadi kita, sebait akad yang akan membuat kita menjadi sepasang manusia yang saling menggenapi.”

Pernikahan bukan hanya tentang diri kita sendiri, bukan hanya tentang perasaan kita, kebahagian kita, keluarga kita. Tapi juga tentang orang lain yang menggenapi kita. Orang lain yang juga punya perasaan, punya keinginan untuk dibahagiakan, juga punya keluarga dan latar belakang tersendiri. Dalam proses menuju pernikahan, ada yang cepat, ada yang lama. Namun, ini bukan masalah cepat atau lambat, bagaimana seseorang menyikapinya dalam ruang tunggu tersebut hingga saat menggenap itu tiba. Ketika menggenap tiba tidak hanya kebahagian yang dirasakan, namun berbagai hal dan rasa bisa terjadi bahkan ruang tunggu itu pun tetap ada hanya saja bentuk yang ditunggu itu yang berbeda.

Buku yang ditulis dan diterbitkan secara pribadi oleh Nazrul Anwar sangat menarik dan memberikan pelajaran dari setiap cerita yang ditulisnya. Cerita berupa serial fiksi yang terinspirasi dari kesehariannya menjadikan buku ini mengalir dan saling bertautan selain itu cerita yang diberikan terdapat juga dan dirasakan pada sebagian orang atau pastinya pernah merasakan hal serupa. Genap bercerita tentang pasangan muda yang mencari dan menemukan jodohnya serta bagaimana mereka membangun rumah tangga di fase-fase awal pernikahan mereka karena terkadang banyak hal yang ternyata diluar dari bayangan bahkan ekspetasi kita tentang menggenap. Ketidak cocokan, cemburu, cuek, kerahasiaan, kebohongan mewarnai fase-fase pernikahan. Selain itu pada buku ini tidak hanya dilihat dari sudut pandang wanita namun juga terdapat sudut pandang lelaki sebagai suami dan sudut pandang orang lain dalam ia menemukan dan memperjuangkan atau dalam menentukan suatu pilihan.

Buku ini terdiri dari berbagai cerita dimulai dari Siapapun kamu; Ternyata kamu; Demi kamu; Jika dia bukan kamu; Mencintai Kamu; Seperti kamu; Kebohongan kamu; kesederhanaan kamu; mencemburui kamu; Aku, dia, dan kamu; hingga Penutup dari kamu. Berbagai sudut pandang yang tak biasa mewarnai cerita pada buku ini, harapannya bisa memberikan pemahaman yang baru lagi baik untuk pembacanya, karena cara kita memandang sesuatu akan mempengaruhi cara kita bersikap. Untuk itu diperlukan pemikiran yang benar dan pemahaman yang baik, agar kita jernih dalam menyikapi segala hal yang timbul dalam pernikahan. Hal ini karena dalam prakteknya pada pernikahan banyak kerikil-kerikil yang dapat membuat kita tersandung dalam menjalani proses pernikahan yang tidak begitu singkat.

Secara keseluruhan, buku ini mengajak para pembaca untuk meluruskan paradigma akan konsep jodoh dan pernikahan. Seperti kata salah satu teman yang telah membaca buku genap dan dia single hehe.. bahwa setelah ia membaca buku tersebut ia berfikir kalau mnikah tidak harus memilih yang sempurna karena menikah itu proses penyesuaian. Menikah juga proses perbaikan. Proses saling memahami segala kekuangan. Ya, karena jika mencari yang sempurna itu tidak ada karena suatu saat pasti akan ada saja ketidakcocokan. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Jadi yang lebih tepat mencari dan memilih untuk saling melengkapi.

Buku ini tidak hanya bisa dinikmati untuk yang masih single, tapi yang baru menikah ataupun yang sudah menikah pun dapat menikmatinya. Hal ini karena buku ini mengajak kepada pasangan bagaimana menjalani dan mempertahankan keberkahan dalam menggenap karena pernikahan tak selalu tentang cinta diawalnya. Harapannya muncul semangat dan kekuatan baru dalam mewujudkan visi pernikahan serta perbaharuan perasaan cinta menjadi lebih baik. Oleh karena itu pentingnya usaha yang sungguh-sungguh dalam menjalaninya dan selalu bisa memperbaiki proses kehidupan yang sedang dijalani.

Selamat Menggenap. Selamat Menjalani Proses Kehidupan

“Ketika Aku dan Kamu Menjadi KITA”

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline