Lihat ke Halaman Asli

Kedudukan Neraca Pembayaran Indonesia di Tengah Pandemi dan Respon Kebijakan Moneter Manakah yang Tepat?

Diperbarui: 13 Mei 2020   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam sistem perekonomian suatu negara, salah satu untuk mengendalikan keseimbangan ekonomi melalui kebijakan moneter. Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan aktivitas perekonomian sesuai dengan yang diharapkan (Warjiyo, 2017). Dalam hal mengenai perkembangan aktivitas ekonomi yang diharapkan seperti stabilitas ekonomi makro yang diinterpretasikan oleh stabilitas harga (inflasi), membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), dan tersedianya kesempatan kerja.

Pada umumnya, kebijakan moneter yang akan ditetapkan perlu mempertimbangkan siklus aktivitas ekonomi, sifat perekonomian suatu negara tertutup atau terbuka, dan faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya. Pelaksanaan strategi kebijakan moneter yang dilakukan akan berbeda-beda di setiap negara, karena disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan mekanisme transmisi yang berlaku pada perekonomian suatu negara.

Kebijakan moneter sejalan dengan siklus aktivitas ekonomi suatu negara, misalkan ketika perekonomian suatu negara mengalami ‘perkembangan yang sangat pesat’ akan berbeda dengan kebijakan moneter yang diterapkan ketika kondisi perekonomian mengalami ‘perkembangan yang melambat’. Maka, terdapat dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif (ditujukan untuk mendorong aktivitas ekonomi), dan kebijakan moneter kontraktif (ditujukan untuk memperlambat aktivitas ekonomi).

Beberapa literatur dan pendapat para ekonom meyakini bahwa kebijakan moneter ekspansif dalam jangka pendek dapat mendorong aktivitas ekonomi yang mengalami resesi berkepanjangan sehingga perekonomian dapat lebih cepat ‘recorvery’. Namun sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif dalam jangka pendek dapat memperlambat laju inflasi atau memperlambat perkembangan yang pesat untuk menghindari ‘over heating’.  Sebaiknya, bank sentral melaksanakan kebijakan moneter secara pasif. Upaya-upaya untuk melunakkan fluktuasi perekonomian lebih baik dihindari dan kebijakan moneter memungkinkan diarahkan agar siklus aktivitas ekonomi berjalan wajar.

Kebijakan moneter pada dasarnya, suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, dan pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran). Penetapan kebijakan moneter disuatu negara tergantung pada sifat perekonomian yang dianut oleh negara tersebut. Dalam perekonomian tertutup, dimana perekonomian suatu negara tidak berinteraksi dengan perekonomian negara lain maka formulasi dan implementasi kebijakan moneter dapat dilakukan lebih sederhana. Karena berbagai variabel-variabel ekonomi internasional, seperti perdagangan internasional, aliran modal (capital flows), nilai tukar, dan suku bunga tidak berhubungan terhadap perekonomian.

Dalam perkembangan perekonomian global, interaksi ekonomi antarnegara menjadi salah satu aspek yang tak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara yang semakin terbuka. Perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan atransportasi, serta kebijakan perdagangan menjadi faktor-faktor pendorong pesatnya keterbukaan ekonomi dan saling ketergantungan antarnegara.

Keterbukaan ekonomi (open economy) suatu negara akan berdampak terhadap peningkatan transaksi perdagangan internasional. Perkembangan perdagangan internasional akan diikuti dengan perkembangan di sektor keuangan internasional. Perekonomian terbuka yang dianut suatu negara akan berimbas pada perencanaan dan pelaksanan kebijakan moneter negara tersebut. Hal ini disebabkan atas semakin besar transaksi perdagangan dan keuangan internasional yang dilakukan maka berpengaruh pada aliran modal luar negeri ‘foreign capital flows’. Aliran modal luar negeri akan mempengaruhi jumlah uang beredar dalam perekonomian. Jika terjadi capital inflows, maka terjadi pertambahan jumlah uang beredar, dan jika terjadi capital outflow maka terjadi pengurangan jumlah uang beredar.

Perubahan capital flows tersebut akan mempengaruhi interest rate differential (perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri), yang akan mendorong terjadinya capital inflows dan outflow. Mobilitas capital inflows dan outflow yang tinggi akan menyebabkan bank sentral tidak dapat melaksanakan independent monetary policy. Sementara, mobilitas capital inflows dan outflow dipengaruhi oleh sisteme nilai tukar dan sistem devisa yang dianut suatu negara. Dengan begitu, pelaksanan kebijakan moneter dapat dilakukan secara independen berkaitan pada sistem nilai tukar dan sistem devisa yang dianut suatu negara.

Kondisi perekonomian global di tengah pandemi Covid-19 mulai memasuki tahap resesi, dimana terjadi perlambatan yang cukup tinggi atas pertumbuhan ekonomi global. Hal ini disebabkan dari berbagai negara mengambil kebijakan lockdown yang dapat menghentikan sejumlah aktivitas ekonomi.  Morgan Stanley, memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya 0,9% pada tahun ini atau terendah sejak krisis keuangan global tahun 2008.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 akan tumbuh sekitar 5,0% - 5,4%. Kemudian setelah mewabahnya corona di Indonesia, dikoreksi menjadi kisaran 4,2% - 4,6%. Namun pada kuartal I, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97%. Hal ini disebabkan ats penerapan work from home (WFH), school from home (SFH), physical distancing, dan penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) selama pandemi Covid-19. Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan pada kuartal II diprediksi akan lebih buruk dari sebelumnya. Hal ini dilatarbelakangi terjadi penerapan PSBB secara meluas ke berbagai daerah di Indonesia yang mulai diterapkan pada pertengah bulan April.

Dampak mewabahnya Covid-19 di dunia khusus nya Indonesia terhadap neraca pembayaran. Pada awal Februari 2020, capital inflows terutama investasi portofolio dipasar keuangan mengalami penyesuaian  setelah terjadi Covid-19 di Indonesia, sementara neraca perdagangan terjadi defisit tercatat 0,86 miliar dolar AS.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline