Lihat ke Halaman Asli

Zubaili

Guru Honorer - Aceh. "Belajar Harus Berguru, Bukan Meniru"

Ibuku Sang Inspiratorku

Diperbarui: 6 Desember 2020   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap kita tentunya mempunyai seorang ibu. Di akui atau tidak, ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Walaupun beliau tidak bertitel S. Pd di depan namanya. Sebagai anak, jasa beliau tak sanggup kita balas. Bayangkan sejak kita masih kecil, Ibu mengajari kita cara makan, minum, berdiri, merangkak, berjalan, lari, dan sebagainya. Beliau tak merasa lelah membesarkan dan mengajari kita. Beliau juga tak pernah meminta bayaran secuil  pun dari anaknya. Ibu sangat ikhlas dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Percayalah!

Dalam Islam seorang ibu diberi gelar dengan Madrasatul ula, madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya.

Ini menunjukkan begitu pentingnya sosok ibu terhadap anaknya. Ibu bukan hanya sebatas mendampingi dan membesarkan anaknya tetapi juga berperan sebagai  guru dalam mendidik  anaknya

Bagi saya dan saudara kandung saya. Ibu adalah sosok yang sangat penting dan menginspirasi hidup kami. Kami banyak belajar dari Ibu. Banyak pelajaran berharga yang beliau ajarkan kepada kami, baik yang tersurat maupun tersirat. Beliau sangat tabah dan sabar dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang baik yang berakhlak mulia. tak bosan-bosannya mendidik anaknya sejak kecil, bahkan saat sudah dewasa pun beliau selalu menasehati dan memotivasi kami dalam mengarungi bahtera hidup ini.

Kepedulian ibu terhadap kami saban hari beliau tunjukkan. Bukan sebatas perihal  jasmani tetapi juga tentang rohani. Beliau selalu menegur apabila melihat perilaku anaknya mulai menjurus ke hal-hal yang kurang baik, apatah lagi kalau menyangkut masalah agama/ibadah yang wajib dikerjakan. Beliau akan menegur dan mengingatkan akan kekhilafan yang telah kami perbuat, dan berharap untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.

Tidak hanya itu, sejak kami kecil Ibu juga sangat peduli dengan tutur kata kami dalam pergaulan sehari-hari. Beliau akan menegur bila mendengar ucapan kami yang kurang sopan, ucapan tidak pantas diucapkan oleh anak-anak. Teguran yang beliau lakukan semata-mata untuk membiasakan anak-anaknya kelak terbiasa dengan berprilaku sopan termasuk dalam berbicara. Sopan berbicara dengan orang tua, kakak, abang, adik, kawan, tetangga, dan lain sebagainya.

Alhamdulillah, kebiasaan yang ditanamkan oleh ibu sejak kecil , berbuah manis saat kami sudah meranjak dewasa. Kebiasaan di waktu masih kecil berbekas saat usia kami sudah dewasa dan tak terdengar bahasa-bahasa kasar atau kurang sopan dalam keluarga kami.

 "Alah bisa karena biasa"

Pepatah Ini sangat sering terdengar di rumah kami yang biasanya diucapkan oleh almarhum ayah, dan disaksikan oleh ibu untuk mengingatkan kami untuk membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik. Sehingga kelak akan terbiasa dengan perbuatan baik di mana pun berada.  

Keteladanan Ibu yang lain, yang sangat saya ingat adalah beliau tak segan-segan untuk bertanya sesuatu masalah ilmu pengetahuan kepada kami anaknya. Beliau tidak merasa malu bertanya sesuatu yang belum beliau pahami atau sudah lupa karena ditelan usia yang semakin renta. Bahkan terkadang meminta kami untuk mempratek di depannya supaya beliau cepat memahaminya.

Sikap yang beliau tunjukkan ini, memotivasi dan mengajarkan kami bahwa tak perlu gengsi atau malu dalam menuntut ilmu, dan bertanya sesuatu masalah yang belum kita ketahui walaupun kepada orang yang usianya lebih muda dari kita. Sebagaimana beliau tak malu bertanya tentang satu bab ilmu kepada anaknya.

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang berbakti kepada orang tua kita, dan Allah SWT mengampuni dosa mereka. Aamiin  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline