Lihat ke Halaman Asli

Zea Zabrizkie

Commonly Found Housewife

Kehilangan

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image

"It is a curious thing, the death of a loved one. It’s like walking up the stairs to your bedroom in the dark and thinking there is one more stair than there is. Your foot falls down through the air and there’s a sickly moment of dark surprise." 

Saya selalu ingat kutipan dari film The Unfortunate Events itu karena yah, begitulah rasanya ditinggalkan orang yang dekat dengan kita, terutama yang kita sayangi; seperti menapaki tangga dalam kegelapan yang tanpa kita sangka-sangka anak tangganya lebih sedikit dari yang kita ingat. Kaki kita menginjak akhir perjalanan; maka kita pun terkejut karena terlanjur berpikir bahwa perjalanan ini lebih panjang dari ini.  Saat kita menjalani hari bersama orang yang kita kasihi, kita berpikir, masih ada hari esok, tapi kemudian yang menanti ketika pagi merekah di hari berikutnya adalah kehampaan.

Kita bertanya-tanya, bagaimana mungkin hal semacam ini terjadi dan bertanya-tanya apakah Tuhan sedang bercanda.  Kita akan merasa, kali ini Tuhan memberikan kita cobaan yang tidak mampu kita lalui.  Kita akan merasa kesepian, sendirian, terlupakan, dan ditinggalkan.  Kita akan meratapi hal-hal yang seharusnya dilakukan ketika sang almarhum masih ada dan hal-hal yang dapat kita lakukan seandainya almarhum dapat bertahan.  Kita berpikir bahwa tidak ada orang lain yang merasakan sakit seperti kita dan tidak akan ada yang bisa mengerti.

Rasanya seperti berjalan di sebuah lorong gelap tanpa cahaya, tanpa pendamping, tanpa ada niat untuk keluar dan terkadang berharap di dalam kegelapan itu ternyata ada lubang yang akan menelan kamu menuju pusat bumi sehingga kamu tidak perlu melihat matahari terbit dan menyadari bahwa kehilangan ini benar-benar nyata.

Saya tidak akan mengkritik duka kalian yang begitu dalam, karena demikianlah memang seharusnya perasaan manusia yang sewajarnya. Manusia adalah makhluk yang rapuh, dan beberapa di antara kita masih terlalu muda untuk mencerna bahwa waktu memang sesuatu yang sangat berharga karena Tuhan menganugrahkannya secara terbatas.  Tapi akan ada harinya, kalian harus bangkit, kalian harus kembali bersinar karena masih ada orang-orang di sekitar kalian untuk dikasihi, diperhatikan, dan dibahagiakan.  Mereka menyayangimu, mereka menyayangi orang yang telah pergi meninggalkan kamu, dan mereka juga berduka karena perpisahan ini.

“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS 2 : 155-156) (”Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”)

Kita tidak pernah bisa menebak rentang waktu yang dipercayakan Tuhan kepada kita dan orang-orang sekitar kita.  Relakanlah, bersabarlah, karena akan ada waktunya kita akan dipanggil pula ke tempat yang lebih baik di sisi-Nya itu.  Saat ini kita dikubangi haru, namun sadarilah bahwa kita tidak akan mau merenungkan penyesalan yang sama untuk kesekian kalinya; “seandainya waktu beliau masih mampu mendampingiku, aku …”, dan seterusnya.

Berdukalah, tumpahkan air mata kalian selama waktu berkabung yang diizinkan Tuhan, lalu tersenyum, dan jalani hari-hari sebaik mungkin, lebih baik dari sebelumnya, supaya kita tidak lagi digelayuti penyesalan ketika kita meninggalkan, maupun ketika kita ditinggalkan.

"At times the world can seem an unfriendly and sinister place, but believe us when we say that there is much more good in it than bad. All you have to do is look hard enough. And what might seem to be a series of unfortunate events may, in fact, be the first steps of a journey." 

May you rest in peace, Beloved Aunt.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline