Kekaguman saya pada J. K. Rowling, penulis Harry Potter Saga tidak perlu dipertanyakan. Bagi saya, beliau adalah penulis nomor satu di dunia. Mulai dari ide, cara penulisan, guyonan, hingga filosofi di balik cerita, semuanya sempurna. Saya 'bertepuk tangan' ketika mengetahui bahwa pembagian empat asrama Hogwarts didasarkan pada kepribadian penghuninya. Dalam psikologi, kepribadian manusia sendiri memang dibagi menjadi empat yaitu sanguinis, koleris, melankolis, dan plegmatis.
Baru-baru ini saya mengetahui satu hal baru yang menambah kekaguman saya pada si penulis buku terlaris sepanjang masa ini. Hari minggu lalu saya mengikuti kelas motivasi yang diadakan oleh tim bisnis saya dengan mengundang seorang pengusaha sukses, Dr. Ivan Suryanata. Di kelas motivasi itu Pak Ivan bertanya apakah kami mengetahui Dementor dari film Harry Potter. Yah, tidak semua dari kami tahu, tapi saya yang tumbuh besar bersama Harry Potter tentu tahu. Pak Ivan kemudian bertanya mantra apa yang digunakan untuk mengusir Dementor. Tidak semua orang tahu, tapi saya, penggemar Harry Potter tahu terutama karena ini adalah salah satu mantra favorit saya.
Patronus. Mantra yang digunakan untuk mengusir Dementor adalah mantra Patronus. Lalu bagaimana cara menciptakan mantra Patronus itu? Mantra itu hanya bisa berhasil diciptakan jika si penyihir memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Jika si penyihir mampu melawan ketakutannya pada Dementor dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan serta meneriakkan "Expecto Patronum!" maka patronus yang berbentuk hewan akan keluar dari tongkat sihir. Patronus itulah yang akan menghalau Dementor. Apa yang terjadi jika si penyihir tidak mampu memikirkan hal-hal yang menyenangkan? Dementor akan 'memangsanya' dengan cara menghilangkan kesadarannya dan menyedot jiwanya.
Kuncinya, untuk melawan apa yang menakutkan di hadapan kita, kita harus memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Jika kita semakin takut padanya, maka jiwa kita akan 'tersedot', kemudian hilang kesadaran, dan lama-lama menjadi gila.
Hal yang sama harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada yang bilang, kita harus bercita-cita besar untuk menjadi orang besar. Dan untuk menjadi orang besar itu tentunya harus berhadapan dengan Dementor-Dementor yang berwujud pitching, wawancara kerja, ujian skripsi, ujian nasional, atau lainnya. Takut dan grogi adalah hal yang wajar, tapi kalau keterusan, si Dementor lah yang akan menang. Karena itu lawan dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Sebelum masuk ruangan, bayangkan kita memenangkan tender, mengerjakan ujian dengan lancar dan mendapat nilai terbaik, dan sebagainya. Hal itu akan memberikan efek yang positif pada kita. Kita menjadi lebih rileks dan percaya diri.
Saya sudah coba mantra ini pada saat ujian bahasa prancis kemarin. Karena saya mengambil ujian satu level lebih tinggi daripada level saya saat ini, saya jadi agak grogi, takut dipermalukan. Sebelum masuk ruang ujian saya mencoba membayangkan kalau saya adalah orang paling hoki di dunia saat itu, mendapat soal yang mudah dan bisa mengerjakannya. Alhasil, di dalam ruangan saya tidak grogi, saya lebih rileks. Ketika menghadapi soal yang saya sama sekali tidak tahu jawabannya, saya membayangkan kalau orang lain juga tidak tahu jawaban dari soal itu. Saya kembali tenang. Begitu seterusnya.
Memang mantra ini tidak bisa menjamin hasil ujian saya akan sebagus bayangan saya. Tapi paling tidak saya bisa berpikir lebih jernih dibanding jika saya mengerjakan ujian dengan pikiran yang kalut, sudah takut tidak lulus duluan. Saya berniat menggunakan mantra ini seterusnya setiap kali saya bertemu dengan 'Dementor' sehingga cita-cita saya yang besar bisa tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H