Lihat ke Halaman Asli

fevitariany

attempted

Sumbang Mesin Chopper Sabut Kelapa, Mahasiswa Universitas Brawijaya Bantu Tanggulangi Penumpukan Limbah Kelapa

Diperbarui: 17 Juli 2021   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim PKM PM terdiri dari lima mahasiswa asal Universitas Brawijaya; Shauqi Abdai, Mimin Fitri, Gendis Salsa, Fatima Evita (FTP), dan Ogi Wellen (FP).

Sudah tidak heran lagi melihat tumpukan limbah kelapa berserak di banyak tempat. Mengingat konsumsi kelapa tak kian surut peminatnya, begitu pula dengan sisa hasil sampahnya yang tak kunjung terselesaikan.

Bila mungkin orang-orang terdahulu menggunakan limbah kelapa sebagai bahan bakar seperti briket arang, hal yang sama dilakukan pula oleh penduduk Dusun Krajan. Mengamati hal itu membuat tim mahasiswa Universitas Brawijaya memutuskan untuk menanggulangi limbah tersebut melalui program pengabdian masyarakat yang berlokasi di Dusun Krajan, Desa Srimulyo, Dampit, Kab. Malang.

Upaya yang tim usahakan ialah memanfaatkan limbah kelapa untuk diambil sabut kelapanya menjadi produk berdaya guna, yakni cocopeat dan cocofiber. Sebagian orang mungkin sudah tidak asing dengan barang ini, namun tidak banyak orang tahu cara mengolahnya. Dengan daya yang ada, tim juga bantu memberikan solusi dengan menyumbang mesin chopper sabut kelapa.

Hasil olahan limbah sabut kelapa dengan mesin chopper (cocopeat dan cocofiber)

Bukan hanya permasalahan limbah saja yang melatarbelakangi tim ini beraksi, melainkan juga potensi yang melekat pada kedua produk. Cocopeat sebagai media tanam alternatif dari penggunaan pupuk biasa. Sedangkan cocofiber dipergunakan untuk bahan pembuatan produk kerajinan. Disini penduduk setempat juga dikenalkan cara penanaman menggunakan media tanam cocopeat dan cocofiber. 

Potensi tersebut dapat dimanfaatkan pelaku sebagai ladang usaha yang berpeluang besar dikala pandemi yang masih berlangsung maupun di waktu lebih lanjut. Ditambah reaksi positif serta dukungan dari berbagai pihak mulai penduduk setempat hingga petinggi daerah, meyakinkan bahwa kegiatan ini layak diperhitungkan.

Diharapkan dengan kegiatan program yang diadakan ini menjadi contoh untuk jalan keluar atas persoalan yang dialami juga oleh daerah-daerah lain. Karena seperti kata pepatah tidak ada limbah yang tidak bisa dipergunakan sebelum diusahakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline