Lihat ke Halaman Asli

Dawai yang Tidak Bersuara di Hadapanmu

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dawai Yang Tidak Bersuara di Hadapanmu

Karya: IIK IKLIMAH

Mahasiswa Sampoerna School of Education

Antara Bandung dan Jakarta yang tidak pernah membuat ananda jera untuk selalu menatap parasmu di penghujung kerinduanku padamu. Saat ananda tersadar ternyata ananda telah larut dalam sebuah kepasrahan. Antara menerima dan menolak. Antara memaksa dan mengikhlaskan. Ya Robbi wajah yang dahulu selalu tersenyum hangat laksana sinar sang surya ketika menyambut kedatangan hamba,kini memudar dan hanya wajah pucat kian dingin menyeruak menjadi penyambut kepulangan hamba. Suara nan lembut yang selalu menjawab tutur salam dari bibir hamba kini sepi dan hening tak bertepi. Bunda dapatkah kau rasakan kehadiran cinta ananda. Dapatkah engkau dengar setiap jeritan hati ananda yang memanggil namamu untuk tetap betahan melawan cobaan ini. Dapatkah bunda merasakan bahwa ananda ingin sekali berada di pelukan mu walau hanya beberapa detik saja. Berikan waktu untuk ananda berkata bahwa esok masih milik kita bersama. Izinkan ananda meminta agar bunda menggandeng tangan ananda ketika ananda hendak di wisuda. Bukalah kelopak matamu bunda dan lihatlah bahwa semua mata selalu tertuju pada pesona dan keagungan kesabaranmu.

Ananda ingin bunda tahu, bahwa disetiap hela nafas ananda selalu berharap bunda tahu bahwa kasih sayang ananda hanya bermuara pada mu. Kasih sayang ananda tak pernah menyurut walau musim kian terus berganti. Telah kususun semua harapan dan impian kita lalu ananda bingkai dengan doa dan dzikir untuk penguat keyakinan kita. Bunda pada siapa ananda akan melabuhkan perasaan rindu, jika waktu memaksaku untuk berlalu dalam debu. Bunda apa yang bisa kulakukan hanyalah ini, hanyalah mampu bersimpuh dalam doa dan sujudku pada Yang Maha Kuasa. Meminta Allah mendengar setiap doa yang terus akan terurai dari ananda. Ananda sangat yakin bahwa Allah tidak pernah tidur dan tidak pernah lelah mendengar doa-doa hambanya. Janji milik Nya adalah pasti tak ada yang pantas kita ragukan dari Kekuasaan Nya.

Bunda rasa syukur ananda memilikimu adalah wujud pengabdian ananda pada Allah. Dengan terus bersyukur pada Allah, hati ananda menjadi tenang ananda merasa kaya dan tak pernah merasa kekurangan. Bahkan ananda selalu ingat pesan bunda bahwa dengan bersyukur pada Allah, maka Dia akan terus menambah karunia-Nya pada kita. Bunda dalam menjalani kehidupan ini ananda hanya ingin menjadi wanita yang engkau banggakan wanita yang tak hanya pandai akan ilmu duniawi saja. Bunda selama ini ananda belajar menata hati dan pikiran agar tetap selaras dengan firman Allah dalam Q.S Al-fatihah:6-7 untuk menemukan jalan yang lurus yaitu jalan orang-orangyang telah Allah anugrahi nikmat kepada mereka dan bukan jalan yang di murkai Nya.Betapa ananda ingin menjadi wanita shaleha dan sabar seperti bunda dan seperti istri para Rasulullah yang terus menjadi panutan hingga dunia dan akhirat, hamba ingin seistimewa bunda dan mengistimewakan bunda di Hadapan Allah. Ananda ingin menjadi wanita shaleha yang di rindu syurga dan ananda tahu bahwa syurga ada dalam keridhoanmu bunda. Maka rengkuhlah ananda dengan segala kasih dan sayangmu jangan biarkan ananda tersesat tanpa bimbingan darimu. Bunda di hati ananda bunda adalah sosok wanita shaleha yang selalu jadi panutanku. “Dunia adalah taman kenikmatan dan sebaik-baiknya taman kenikmatan adalah wanta shaliha” (HR.Muslim). Bangun dan segera sembuhlah wahai ibundaku tersayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline