Ada yang miris bagi kita sebagai bangsa Indonesia akibat naiknya Gas Elpiji 12 kg adalah berbondong-bondongnya masyarakat kita di perbatasan Kalimantan dengan Malaysia membeli Gas dari negeri Malaysia (Petro Gas). Mereka menilai Gas Malaysia lebih murah, berkisar20 ringgit atau Rp. 80 rb. Bagi masyarakat di perbatasan di Kalimantan membeli barang atau berkunjung ke Malaysia adalah hal biasa, karena Malaysia perbatasannya lebih maju dari Indonesia. Pemerintah Malaysia sangat memperhatikan pembangunan daerah perbatasanya. Sementara Pemerintah Indonesia tidak memperhatikan daerah perbatasannya seperti imprastruktur tidak ada: Jalan, listrik , Tidak heran jika masyarakat diperbatasan Kalimantan lebih kenal Pejabat Malaysia dari Pejabat Indonesia.
Konon katanya Indonesia adalah negara, kaya, kita adalah negara Pernghasil Gas terbedar di dunia. Cadangan gas kita termasuk yang terbesar di dunia. Tetapi kekayaan alam kita sudah dipegang oleh asing, kontarak jangka panjang sudah berlangsung lama. Bagi masyarakat berpenghasilanpas-pasan kenaikan harga gas 12 kg ini ini adalah pukulan telak, mereka harus merogoh kantong lebih dalam lagi. Cara yang jitu adalah pindah ke Gas 3 kg.
Pertamina yang bertanggung jawab atas ketersediaan gas di dalam negeri, mengaku, terus merugi. Sepanjang tahun 2013, Pertamina merugi 5,7 – 6 Triliyun rupiahdi elpiji12 kgtersebut. Ada apa sebenarnya di Pertamina. Berbagaispekulasipun muncul, apalagimenjelangPemiluLegislatif dan Pil Pres2014.FederasiSerikat Pekerja BUMN Bersatu (FSP BUMN Bersatu)menuding Directur Utama Pertamina Karen Agustiawan tidakbecus mengelola Pertamina dalam upaya melakukanTranformasidi Pertaminaagar dapat menciptakanketersediaan energi atau Elfiji murah bagi masyarakat.
Serikat Pekerja BUMN ini berharapKPKatau BPKmemeriksa keuangan Pertamina, apakah benarPertamina merugi. Sesuai Undang-Undang Keterbukaan Untuk mendapatkan Impormasi Publik, UU No.14 tahun 2008< Serikat Pekerja BUMN iniber5harap Pertamina transparan sola keuangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H