Sering kita mendengar melalui media massa ada oknum tenaga pengajar yang melakukan tindakan tidak terpuji di tempatnya mengajar, sering pula kita mendengar ada ruang kelas yang tidak layak digunakan untuk aktivitas belajar mengajar, dan ada pula sekolah yang hanya memiliki ruang kelas tanpa sarana-prasarana penunjang lainnya. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi berulang-ulang?
Anggaran pendidikan di Indonesia jauh lebih besar jika dibandingkan dengan anggaran untuk kepentingan publik lainnya, yaitu 20% dari total APBN. Anggaran tersebut selain digunakan untuk pembiayaan profesi tenaga pengajar, digunakan pula untuk pembiayaan infrastruktur sehingga untuk peningkatan kualitas pendidikan belum dapat tercover secara menyeluruh dari sisa anggaran yang ada.
Hal inilah salah satu penyebab permasalahan terkait pendidikan di Indonesia belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Mengingat anggaran yang terbatas tersebut, dibutuhkan usaha ekstra dan waktu lebih lama untuk mewujudkan apa yang kita cita-citakan bersama. Adapun salah satu permasalahan terkait pendidikan di Indonesia yang sering diperbincangkan saat ini sesuai contoh permsalahan di atas adalah tentang ketimpangan terhadap akses pendidikan.
Kemudahan akses pendidikan saat ini masih terbatas pada kalangan tertentu, misalnya warga yang tinggal di perkotaan atau warga yang mempunyai kemampuan secara finansial. Setidaknya ada tiga unsur minimal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan akses pendidikan yang luas, merata, dan berkeadilan, yaitu:
- Pendidikan yang berkualitas
- Dimulai dengan adanya tenaga pengajar yang visioner yang tidak hanya menuntut para siswa untuk sekadar memahami pelajaran, tetapi juga memiliki nilai perilaku yang terpuji. Selain itu diperlukan fasilitas dan sarana-prasarana yang memadai, serta sistem dan kurikulum yang menganut nilai-nilai kebangsaan, etika, dan kebinekaan. Sesuai ikhtisar data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) misalnya, persentase sekolah yang memiliki perpustakaan paling tinggi hanya 70% yaitu SMA, sedangkan SMK dan SD hanya 55%. Begitu pula dengan laboratorium, SMK yang notabene perlu jam praktikum yang tinggi hanya 43% dari total SMK yang memiliki laboratorium.
- Biaya pendidikan yang terjangkau
- Tingginya biaya pendidikan menjadi salah satu penyebab banyaknya anak usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Misalnya, lulusan SD yang melanjutkan ke SMP berdasarkan ikhtisar data Kemendikbud tahun 2016 hanya 78% dan anak usia SMA yang berada di SMA hanya 82%.
- Layanan infromasi yang mudah
- Selama ini informasi lebih banyak beredar melalui internet, sedangkan banyak wilayah di Indonesia yang belum dapat mengakses internet sehingga seringkali mereka mendapatkan suatu informasi yang sudah outdate.
Dengan kondisi anggaran yang masih terbatas ditambah banyaknya permasalahan yang harus diselesaikan, sudah selayaknya kita menggalakkan terobosan besar untuk sistem pendidikan di Indonesia, berupa reformasi pendidikan dengan menentukan inisiatif strategis yang dicanangkan untuk dijadikan sebagai program kegiatan yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang terjadi saat ini. Program-program dimaksud dapat dibagi ke dalam tiga kategori target waktu penyelesaian, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Dengan adanya pembagian target waktu penyelesaian tersebut, akan memperjelas tentang program yang harus diselesaikan tahun ini, semester ini, bulan ini, atau bahkan 3 tahun ke depan. Dalam melaksanakan inisiatif strategis yang akan dibentuk nantinya, dibutuhkan dukungan pimpinan tidak hanya pada pemerintah pusat (Kemendikbud), melainkan juga dukungan pimpinan pemerintah daerah hingga peran individu masyarakat. Dengan adanya pelibatan semua pihak, akan menjadikan semua masyarakat merasa mempunyai andil dan peranan dalam pencapaian pemerataan akses pendidikan yang luas dan adil.
Inilah saatnya spirit program prioritas Kemendikbud disalurkan kepada masyarakat untuk turut serta dalam mewujudkanpendidikan yang lebih baik. Jika tidak dengan perencanaan yang terstruktur, permasalahan dari tahun sebelumnya akan menjadi permasalahan yang sama di tahun yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H