Perkembangan teknologi yang pesat pada era revolusi 4.0 membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Salah satu isu terkini dalam pembangunan masyarakat adalah konsep Smart Society 5.0. Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada sebelumnya.
Smart Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dalam bidang pendidikan di Indonesia, Smart Society 5.0 dapat digunakan untuk efektivitas dan efisiensi pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Misalnya, penggunaan e-learning atau pembelajaran berbasis online yang memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan fleksibel, serta dapat diakses dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan perangkat yang
terkoneksi dengan internet.
Dalam era society 5.0, peserta didik diharapkan dapat memiliki kecakapan hidup abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C yaitu Creativity, Critical Thinking, Communication, dan Collaboration.
Untuk mewujudkan kecakapan hidup abad 21 atau 4C tersebut, dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep pembelajaran dengan beberapa komponen yang diantaranya keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills), pembaharuan pembelajaran yang futuristic, pemilihan model pembelajaran yang tepat, pengembangan kompetensi pendidik, serta penyediaan sarpras dan sumber belajar.
Smart Society 5.0 membawa dampak positif dan negatif. Salah satu dampak positifnya adalah terciptanya pembelajaran yang adaptif dan personalisasi. Dalam konsep Smart Society 5.0, teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi akses siswa dan guru terhadap sumber daya pembelajaran yang lebih banyak dan beragam, seperti video, simulasi, dan permainan pembelajaran.
Hal ini dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya sumber daya pembelajaran yang lebih beragam, siswa akan merasa lebih tertarik dalam mempelajari suatu topik dan juga memudahkan para guru dalam memfasilitasi siswa dalam memahami suatu materi.
Namun, di sisi lain, penggunaan teknologi tinggi dalam pendidikan juga memiliki dampak negatif. Banyaknya website AI yang mudah diakses seperti Chat GPT menyebabkan ketergantungan pada teknologi sehingga menghasilkan generasi yang kurang terampil dalam berpikir kritis, mandiri, berpikir kreatif, interaksi kolaboratif dan kecakapan komunikatif. Efek dominonya yaitu kurangnya interaksi sosial, karena siswa menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar dan kurang berinteraksi dengan teman sekelas dan lingkungan sekitar.
Penerapan konsep Society 5.0 dalam pendidikan di Indonesia juga menyisakan beberapa isu. Salah satu isu yang muncul adalah kesenjangan digital. Tidak semua siswa memiliki akses ke teknologi atau internet yang memadai karena tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang cukup untuk membeli atau memperbarui perangkat teknologi.