Lihat ke Halaman Asli

Zainal Muttaqin

Pena adalah senjata

Indonesia yang Bermartabat

Diperbarui: 12 Februari 2017   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia dibangun atas perjuangan rakyat, yang merasakan penindasan yg dilakukan kolonialis Belanda, berawal dari berdagang sampai memanipulasi persahabatan menjadi penghisapan dengan penguasaan seluruh tanah nusantara menjadi tanah jajahan. Inlander begitulah cap yang diberikan, begitupula tidak diberikannya hak kebebasan atas tanah airnya.

Berangkat dari persamaan penderitaan, para pejuang kemerdekaan membuat gerakan dimana2 tak terkecuali Soekarno. Berangkat dari Marxismenya yang membela kaum tertindas sebagai landasan perjuangan & Islamisme sebagai payung peneduh sosialismenya orang Islam.

Persamaan perjuangan inilah yang lantas memajukan sifatnya menjadi Nasionalisme, Nasionalisme yang menghendaki kemerdekaan, nasionalisme yang menghendaki persatuan & nasionalisme yang menghendaki peri kemanusiaan.

Bergaungnya rasa nasionalisme yang dipersatukan itu, sama lah pula pemahamannya akan persaudaraan seperti dalam Q.S. Alhujarat : 13 "Hai manusia, sungguhlah Kami telah menjadikan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, Kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal"

Persamaan akan pemahaman persaudaraan itu mengakibatkan persatuan dan kesatuan dimana landasan Indonesia berdiri dan terdiri dari suku-suku bangsa-bangsa. Itulah Nasionalisme Indonesia, Nasionalisme persatuan. Bukan nasionalisme yang chauvinisme. Nasionalisme yang diberkati oleh Ridho Allah SWT, seperti yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW : Mencintai negeri adalah sebagian dari Iman. Maka jelas sudah siapa-siapa yang beriman mestilah dia adalah seorang nasionalisme. Bukanlah seorang nasionalis apabila menebar terror dan ancaman bagi negerinya. Nasionalisme ialah menjaga, nasionalisme ialah merawat & nasionalisme ialah kemerdekaan atas buminya.

Nasionalisme sebagai dasar membangun bangsa (sebagai persatuan) lantas disusunlah Pancasila sebagai landasan "iidil" sebagai konsensus Nasional atas (cita-cita) bangsa yang merdeka.

Apabila kita perhatikan betul atas butir-butir Pancasila, merupakan konsepsi keislaman yang utuh, sehingga K.H. Sa'adih Al-Batawi & Nandang Najmulmunir dalam To Be The Super Power Country mengatakan Indonesia didirikan atas Qur'an (sebagai power of change) dan Sunnah Rasulullah SAW (sebagai chain of change), sebagaimana Al-Baqarah : 247 "Nabi mereka mengatakan kepada mereka : sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu. Mereka menjawab : Bagaimana thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak? Nabi (mereka) berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui".

Jelaslah dari ayat tersebut menjelaskan bagaimana dikirim seorang pemimpin yang memiliki 2 hal, yaitu : 1. Sehat jiwa dan aqidahnya (berilmu & berperangai baik/panutan), 2. Prima kesehatan fisiknya (juga sebagai kepribadian pemimpin ideal yang diinginkan) yang juga tertuang dalam lagu kebangsaan ....bangunlah jiwanya, bangunlah badannaya untuk Indonesia Raya... (Sebuah legitimasi atas pengakuan bangsa dari ayat Allah).

Sejarah mencatat kita memiliki Founding Father yang begitu luar biasa dapat dibanggakan karena berani menentang dan melawan inperialisme Kolonialis Belanda dan Memanfaatkan Jepang demi kemerdekaan Bangsa Indonesia, sehingga Indonesia dapat merebut kemerdekaannya dengan selamat.
Martabat dan Kehormatan bangsa Indonesia kembali kepada permukaan, dengan seterang-terangnya kemenagan atas imperialisme.

Lantas mengapa bangsa dan negara kita seakan tak berdaya menghadapi imperialis? Karena terlalu banyaknya berkooperasi dengan kaum yang menebar tipu muslihat.
Martabat dan kehormatan bangsa akan kembali diraih apabila pemimpin dan bangsa Indonesia memiliki jiwa yang hebat yang dilandasi moralitas dan jiwa sosialis yang selalu memperhatikan rakyatnya artinya adalah bukan perkara rebutan buah khuldi (APBN).

Jelas Pancasila dan UUD 1945 (ASLI) memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman dalam berbangsa dan bernegara. Didalamnya jika dikaji secara betul memiliki prinsip yang sangat sesuai dengan Islamistis (jika ini jadi acuan) untuk melawan segala imperialisme kapitalistik yang kini semakin mewabah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline