Tapi tunggu dulu! Bagaimana jika suatu hari Anda memutuskan untuk "naik kelas" dan bergabung dengan klub extrovert? Apakah mungkin seorang introvert berubah menjadi extrovert? Atau ini hanya mimpi di siang bolong belaka?
Mari kita telisik lebih dalam fenomena ini, sambil sesekali tertawa (atau mungkin menangis) melihat perjuangan para introvert di dunia yang kadang terlalu berisik ini.
Introvert vs Extrovert: Pertarungan Abad Ini?
Sebelum kita melompat terlalu jauh, mari kita pahami dulu apa itu introvert dan extrovert.
Introvert, menurut psikolog terkenal Carl Jung, adalah orang yang mendapatkan energi dari waktu sendirian dan cenderung merasa terkuras setelah interaksi sosial yang intens. Di sisi lain, extrovert adalah mereka yang mendapatkan energi dari berinteraksi dengan orang lain dan malah merasa bosan jika terlalu lama sendirian.
Jadi, jika Anda merasa lebih segar setelah maraton Netflix sendirian dibanding menghadiri pesta, kemungkinan besar Anda adalah seorang introvert. Sebaliknya, jika Anda merasa hidup kembali setelah mengobrol dengan 20 orang asing di pesta, Anda mungkin seorang extrovert.
Tapi ingat, ini bukan pertandingan tinju! Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Mitos dan Fakta: Membongkar Rahasia Introvert dan Extrovert
Sebelum kita membahas kemungkinan transformasi dari introvert menjadi extrovert, mari kita luruskan beberapa mitos yang beredar:
Mitos 1: Introvert Selalu Pemalu dan Antisosial
Fakta: Tidak semua introvert pemalu atau antisosial. Banyak introvert yang sangat pandai bersosialisasi, hanya saja mereka membutuhkan waktu sendiri untuk "mengisi ulang baterai" setelahnya.
Mitos 2: Extrovert Selalu Percaya Diri dan Suka Pesta