Bandara Internasional Lombok (BIL) disesaki pedagang asongan! Anda tahu kan pedagang asongan? Pedagang yang biasanya kita temui di kereta api ekonomi atau terminal bus itu lho, sangat jarang kan kita temukan di bandara, tetapi memang adanya seperti itu, hari kedua setelah bandara yang terletak di kawasan Lombok Tengah itu diresmikan. Berita yang sangat tidak enak untuk dibaca bagi saya. Kenapa tidak enak? Ya, alasan pertama tentu sangat personal sifatnya, selaku putra daerah tentu agak menghindari cerita-cerita kurang menarik dari daerah ditengah promosi gencar saya secara pribadi kepada siapapun yang bertanya tentang Lombok dan Indonesia. Saya tentu saja tidak akan bercerita kepada wisata mancanegara seputar pedagang kaki lima yang menjajakan nasi bungkus, kacang rebus dan aneka jajanan khas pasar malam di bandara baru yang bakal membuat tidak nyaman para wisata mancanegara yang selama ini menjadikan Lombok salah satu destinasi liburan mereka. Kedua, ada semacam kekhawatiran jika kesan tidak baik di hari pertama atau kedua seputar bandara menjadi bahan pemberitaan di media-media nasional dan selanjutnya dibaca oleh setiap orang baik di dalam maupun luar negeri lewat situs berita dot com memberi kesimpulan negatif dan enggan untuk merencanakan perjalanan ke Lombok karena tidak begitu suka dengan bandaranya. Apalagi jika isu tidak enak itu diblow up ulang oleh media negara-negara tetangga yang melihat Indonesia sebagai kompetitor serius aspek pariwisata mereka. Sisi Positifnya Memang tidak elok juga menyalahkan pemberitaan, yang kebetulan saya baca adalah kompas dot com (hehe bapak kandung kompasiana), edisi 2 Oktober 2011, tadi malam, seputar pedagang kaki lima yang beroperasi di kawasan yang seharusnya steril dari aktifitas berjualan, apalagi berjualannya tidak teratur seperti pasar kaget. Anggap saja hal itu bagian dari pekerjaan rumah pengelola bandara, dalam hal ini Angkasa Pura tentu saja. Tapi, beberapa yang ingin saya ceritakan dan bagikan pada anda dan setiap orang yang tertarik dengan wisata Indonesia umumnya dan Lombok khusunya, seputar cerita positif seputar bandara itu. Petama, bandara ini secara internasional bernama Lombok International Airport (LIA) tetapi masyarakat kita lebih suka menyebut versi indonesianya (BIL). Kedua, bandara ini memang merupakan kebutuhan mendesak bagi Lombok karena bandara yang lama, bandara Selaparang, yang terletak di Mataram tidak cukup kapasitas untuk menampung angka diatas seribu orang per hari, kapasitas maksimal 800 orang per hari sering dipaksakan jika tengah mendapat angka kujungan yang tinggi. Ketiga, bandara yang lama terlalu kecil untuk memenuhi permintaan maskapai-maskapai besar baik pemain domestik maupun internasional. Bandara yang berdiri tegak di atas tanah seluas 551 hektar ini diharapkan mampu memikat banyak orang, mulai dari investor sampai wistawan untuk melihat keindahan alam Lombok dan kerjasama perdagangan yang bisa dilakukan antara Lombok dengan siapapun. Menjadi salah satu pintu gerbang kedatangan tamu internasional ke Indonesia bagian timur, khusunya Nusa Tenggara. Keempat, bandara ini hadir sebagai bagian dari ikhtiar pemerintah pusat dan daerah untuk terus membangun negeri. Niat untuk membangun bandara ini memang sudah lama direncakan, bahkan ada yang menyebut proses pembebasan lahan telah dilakukan sejak masa Orde Baru, yang artinya bandara alternatif memang sangat dibutuhkan untuk menopang pembangunan dan menyehatkan iklim investasi di tanah air. Cerita lain akan saya bagikan pada postingan yang lain, tapi sebelum menutup postingan ini sebagai pengimbang dari pemberitaan tidak enak sebelumnya, adalah terkait keistimewaan yang akan anda dapatkan ketika berkunjung ke Lombok dan mendarat di BIL. Tentu saja anda akan menikmati atmosfer bandara internasional dimanapun karena BIL memang dirancang sesuai kebutuhan mode kontemporer dipadukan dengan nilai Lombok. Fasilitas bandara secara umum sudah sesuai dengan standar yang disyaratkan asosiasi pengelola bandara, standar minimun misalnya papan petunjuk bagi penumpang mancanegara dan kebutuhan utama lainnya, lebih jauh tentang standar ini saya kira Bapak Chapy Hakim suatu saat akan dengan senang hati berbagi ke kita semua. Artinya, bandara tersebut sudah sangat siap untuk menyambut kedatangan anda di Lombok. Menikmati keindahan alam dan keramahan masyarakatnya. Salam Kompasiana! [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Sambutan Selamat Datang di BIL (photo/infolombok)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="478" caption="Tampak depan Bandara Internasional Lombok (photo/infolombok)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Petunjuk buat penumpang dalam bahasa Arab, Inggris dan Mandarin (photo/infolombok)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Fasilitas pengambilan bagasi (photo/infolombok)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Suasana di waiting room mulai ramai (photo/infolombok)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="619" caption="Pedangan kaki lima dengan slogan "]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Akhirnya jadi juga: suasana pejabat pemda dalam pesawat garuda sebelum landing pertama di BIL (gambar/infolombok)"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Garuda Indonesia mendarat perdana di BIL (gambar/kompas)"]
[/caption] [caption id="attachment_139012" align="aligncenter" width="300" caption="Wisatawan asing saat hendak menyeberang ke Gili, Lombok (Photo/M Sya"][/caption]
Sambil mudik, sambil wisata ke Gili, September kemarin. Wisatawan asing menjadikan gili salah satu tujuan favorit (photo/M Sya'roni Rofii) FB: VISIT INDONESIA YEAR 2011 FB: VISIT LOMBOK YEAR 2011/2012 Catatan: cerita tentang Gili nan eksotis akan saya share secepatnya. Salam :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H