Lihat ke Halaman Asli

Demokrat Ditinggal, Partai SRI Dilirik

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_126762" align="aligncenter" width="600" caption="Pendukung SRI mengenakan kaos bergambar Sri Mulyani (gambar/kompas)"][/caption] Akhirnya para pendukung Sri Mulyani Indrawati (SMI) membentuk partai politik bernama Serikat Rakyat Independen (SRI). Partai politik yang baru saja didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk proses verifikasi itu digawangi oleh sejumlah elemen yang selama ini mendukung sosok SMI sebagai figur profesional yang dikorbankan oleh politik kekuasaan pemerintahan yang sekarang. Dukungan yang kemudian mengkristal menjadi partai politik ini bermula dari skandal Bank Century yang menyebutkan keterlibatan SMI di dalamnya. Kala itu--ketika Pansus Century sedang bekerja--SMI seolah-olah menjadi pesakitan di sidang parlemen. Berjuang sendiri tanpa dukungan Presiden SBY yang sebetulnya menjadi penanggungjawab utama setiap keputusan nasional. SMI dikepung dari berbagai penjuru tanpa mampu dibela oleh partai pemerintah sekalipun, mengingat partai Demokrat kala itu harus puas menyelamatkan Presiden SBY saja tanpa SMI. Kekalahan telak dengan vonis kebijakan bail out pemerintahan SBY dianggap menyalahi ketentuan sehingga harus diupayakan ke meja pengadilan. Mayoritas parlemen dimotori kekuatan oposisi memilih opsi C yang menyatakan kebijakan itu salah. Tidak ketinggalan partai mitra koalisi Demokrat, PKS dan Golkar kala itu berubah haluan mendukung opsi C maka tinggallah Demokrat sendirian disandara oleh kawan politik mereka. Skenario PKS dan Golkar mempan untuk menjinakkan Demokrat yang baru saja pesta pora karena memenangi pemilu tanpa menunggu waktu cukup lama, tidak sampai lima tahun bisa menguasai kursi DPR dan menjadikan Pak SBY sebagai presiden, jinakknya partai Demokrat terlihat dari negosiasi antara ketua umum Golkar Abu Rizal Bakrie dengan Pak SBY. Nego itu berujung pada berdirinya Sekretariat Gabungan, dengan pembagian tugas Pak SBY pada posisi ketua, kemudian sekretaris harian dipegang Pak Ical. Kondisi yang saat itu dipersepsikan oleh banyak pengamat sebagai pemberian wewenang "Perdana Menteri" bagi Pak Ical yang sekaligus memporak-porandakan sistem pemerintahan presidensial yang kita anut. Ada yang tahu kabar terakhir Setgab? [caption id="attachment_126763" align="aligncenter" width="320" caption="Pak SBY saat pidato rakornas Demokrat menyinggung skandal nazarudin dan kisruh internal partai (gambar/tribunews.com)"][/caption] Hingga hari ini, konsep koalisi partai Demokrat dengan partai mitra koalisi tidak begitu jelas, samar-samar, hanya diketahui oleh para petinggi mereka, tetapi yang pasti situasi ini memperlihatkan bagaimana pemerintahan SBY tidak bisa berjalan efektif karena harus banyak-banyak mendengar dan sering-sering direcoki oleh mitra koalisi mereka. Transaksi politik membuat Pak SBY terlalu berat untuk mengambil keputusan tidak populer. Hampir tiga tahun menjadi presiden untuk periode kedua, Pak SBY belum memperlihatkan kinerja sebagaimana diharapkan masyarakat Indonesia pada umumnya. Berdirinya SRI [caption id="attachment_126764" align="alignright" width="250" caption="Sri Mulyani saat berada di gedung DPR (gambar/google)"][/caption] Ditengah hingar bingar kasus yang melanda Partai Demokrat,  hadir sebuah partai yang terdiri dari elemen masyarakat pendukung SMI. Mereka awalnya hanyalah pendukung atau simpatisan yang bersimpati atas "penderitaan" SMI dihadapan sidang Pansus Century. Para politisi dengan seenak jidatnya menyalahkan SMI saja tanpa berani meminta petanggungjawaban bos SMI (kala itu tentu saja bosnya adalah Pak SBY). Politisi yang nir-prestasi boleh saja memaki-maki SMI, tetapi oleh masyarakat Indonesia SMI dianggap sebagai sosok perempuan profesional yang memiliki kinerja maksimal dan banyak melakukan terobosan. SMI tidak takut bersitegang dengan petinggi parpol manakala menyangkut urusan pengelolaan keuangan dan ekonomi Indonesia, salah satu fragmennya adalah ketika SMI mempermasalkahkan sejumlah perusahaan milik group Bakrie. Dukungan masyarakat paling sederhana adalah dengan membuat group facebook seperti "Kami Percaya Integritas Sri Mulyani" dan seterusnya, serta jejaring sosial pendukung lainnya. Langkah agak serius semakin mengemuka ketika SMI ditunjuk oleh IMF menjabat Managing Director. Diprakarsai oleh Wimar Witoelar maka lahirlah situs Srimulyani.net sebagai awal untuk mempromosikan SMI. Kemudian berlanjut ke tahapan pembentukan partai yang secara resmi dideklarasikan pada 13 Mei 2011. Maka berdirilah Serikat Rakyat Independen dengan menggunakan sapu lidi sebagai lambangnya. Simbol bersih-bersih politik seperti dilakukan SMI kalah bersih-bersih birokrasi di Kementerian Keuangan waktu lalu. Ancaman Buat Demokrat Demokrat memang tengah dirundung masalah, mulai dari skandal Nazarudin hingga pernyataan-pernyataan kontroversial kader mereka. Adalah fakta bahwa masyarakat mulai kehilangan kesabaran dengan kenyataan skandal korupsi yang melibatkan Demokrat dan irama politik tak menentu semacam itu, maka suatu kewajaran ketika sopir taksi yang tadinya mendukung Demokrat pada pemilu 2009, berfikir untuk mengalihkan dukungan kepada Sri Mulyani Indrawati dengan partai pengusungya Serikat Rakyat Independen. Menarik mendengar apa kata sopir taksi kepada Arbi Sanit salah satu dewan penasehat SRI seperti dilansir portal Detik (03/08) "“Tadi saya ke sini naik taksi, saya lakukan interview dengan sopir taksi. Saya ceritakan soal Partai SRI dan Sri Mulyani lalu dia bilang; oke nanti akan saya dukung. Dulu dia memilih Demokrat,”. Jika sopir taksi sudah berkata demikian, bagaimana dengan anda dan kita semua? [caption id="attachment_126765" align="aligncenter" width="290" caption="Salah satu photo Sri Mulyani sebagai ikon SRI (gambar/srimulyani,net)"][/caption] Salam Kompasaiana, selamat berpuasa bagi yang menjalankan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline