Lihat ke Halaman Asli

Nasi Bungkus Urang Awak

Diperbarui: 8 Mei 2023   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nasi bungkus urang awak


Sudah beberapa hari ini saya terpaksa menikmati makan nasi bungkus, ya karena ada kegiatan di sekolah yang menyebabkan saya tidak bisa makan siang bersama dengan keluarga. 

Maklumlah wanita karir...cie .cie ..hehehe, sedikit lebay. Setiap membuka bungkusan nasi saya selalu merasa kagum dan merasa heran, kenapa kalau dibungkus porsinya selalu lebih banyak dari pada makan langsung di tempat rumah makannya. Dengan rasa penasaran yang tinggi saya mulai mencari penyebabnya, walau sedikit ragu apakah ada cerita nasi bungkus orang Minang di internet. 

Eh ...rupanya ada dan saya baru tau ada falsafah dibalik nasi bungkus urang awak. Mau tau Ndak apa?...hehehe biar saya kasi tau ya. Dibalik sebungkus nasi urang awak atau lebih di kenal dengan nama nasi Padang atau nasi ramas ada suatu rahasia yang sangat menyentuh perasaan.

Zaman dahulu kala...eh kayak dongeng ya..bukan itu maksudnya, dahulu untuk bisa makan nasi ke tempat rumah makan adalah hal yang termasuk mewah. Biasanya yang bisa makan di sana adalah orang-orang yang beruang, ups ..orang yang punya uang gitu lho. Nah kalau ada yang beli nasi untuk dibawa pulang tentu untuk dimakan bersama keluarga. 

Disinilah para pemilik rumah makan urang awak membuat porsi nasi bungkus yang lebih besar dengan siraman kuah gulai dan sayuran yang lebih banyak. Semuanya dengan tujuan supaya nasi ramas  dimakan bersama-sama, sehingga semua bisa ikut menikmati nasi bungkus. 

Memang hal ini jika ditanyakan ke pemilik rumah makan urang awak banyak juga yang tidak tahu penyebabnya, umumnya mereka menyebutkan sudah kebiasaan turun temurun. Tapi jika di simak lebih dalam falsafah nasi bungkus urang awak ini maknanya memang dalam.

Pepatah Minang satu dulu.
"Beribu nan indak lipuah, jajak nan indak hilang"
Artinya "Suatu ajaran yang tetap berkesan, yang diterima turun temurun.
Tambuah ciek da...hehehhe
Pekanbaru, 08 mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline