Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Rahmatullah

Mahasiswa Agroteknologi

Kentang : Harapan Baru Pangan Alternatif di Pulau Jawa

Diperbarui: 31 Juli 2024   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image from Freepik

Pulau Jawa, sebagai pusat populasi dan ekonomi Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan. Ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama telah memicu berbagai permasalahan, mulai dari kerentanan terhadap perubahan iklim hingga ancaman ketahanan pangan. Dalam konteks ini, kentang muncul sebagai alternatif yang menjanjikan.

Kentang memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan beras. Selain kaya akan karbohidrat kompleks, kentang juga mengandung vitamin C, kalium, dan serat yang baik untuk kesehatan. Selain itu, kentang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dan iklim, termasuk di daerah dengan keterbatasan air. Hal ini menjadikan kentang sebagai komoditas yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan.

Di Pulau Jawa, potensi pengembangan budidaya kentang sangat besar. Beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat telah menunjukkan keberhasilan dalam produksi kentang. Beberapa daerah seperti Dieng, Batu, dan Lembang telah membuktikan diri sebagai sentra produksi kentang dengan kualitas yang baik. Dieng, daerah ini dikenal dengan suhu dinginnya yang sangat cocok untuk budidaya kentang. Varietas kentang Dieng memiliki rasa yang khas dan tekstur yang lembut.

Kota Batu di Jawa Timur juga merupakan penghasil kentang yang cukup besar. Kentang Batu banyak digunakan untuk bahan baku industri keripik dan kentang goreng. Kecamatan Lembang, daerah dingin di Jawa Barat ini juga memiliki potensi besar untuk pengembangan kentang. Kentang Lembang dikenal memiliki kualitas yang baik dan sering digunakan untuk konsumsi segar.

Kelompok Tani Palintang Jaya merupakan satu-satunya kelompok tani yang mengikuti kegiatan diklat yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang (BBPP-Lembang), dimana dalam proses pengembangan usahatani kentang, kelompok tani tersebut masih mengalami kendala. Salah satu kendala yang dihadapinya adalah produktivitas usahatani kentang yang belum optimal.

Menurut data produksi kentang di Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kentang di Indonesia periode tahun 2021-2023 sebesar 1.361.064, 1.503.998, dan 1.248.513 ton. Sedangkan produksi kentang untuk di Pulau Jawa periode tahun 2021-2023 sebesar 842.578, 935.920, dan 753.924 ton. Produksi kentang menurut statistik data tersebut masih fluktuatif.

Kentang memiliki potensi besar untuk menjadi komoditas strategis dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Cara meningkatkan peran kentang sebagai pangan alternatif, diperlukan beberapa upaya. Pertama, perlu dilakukan diversifikasi varietas kentang. Saat ini, varietas kentang yang dikembangkan di Indonesia masih terbatas.

Pengembangan varietas baru yang memiliki produktivitas tinggi, tahan penyakit, dan sesuai dengan preferensi konsumen sangat penting. Kedua, perlu ditingkatkan kualitas benih kentang. Benih yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan budidaya. Pemerintah dan lembaga penelitian perlu bekerja sama untuk menyediakan benih kentang bersertifikat yang mudah diakses oleh petani.

Ketiga, perlu dikembangkan teknologi pascapanen yang tepat. Pascapanen yang baik akan menjaga kualitas kentang sehingga memiliki daya simpan yang lebih lama dan nilai jual yang lebih tinggi. Keempat, perlu dilakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat konsumsi kentang. Masyarakat perlu diberikan informasi yang benar tentang nilai gizi kentang dan berbagai olahan kentang yang lezat.

Kelima, perlu dibangun infrastruktur pendukung, seperti jalan, irigasi, dan pasar, untuk memudahkan distribusi kentang. Dengan berbagai upaya tersebut, kentang dapat menjadi bagian penting dari solusi ketahanan pangan di Pulau Jawa. Kentang tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan petani dan diversifikasi produk pertanian.

Meskipun potensi kentang sangat besar, pengembangannya di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa di antaranya adalah pertama, keterbatasan pasokan benih berkualitas, yaitu ketergantungan pada impor benih bermutu tinggi masih menjadi kendala utama. Kedua, Hama dan penyakit. Penyakit layu fusarium dan hama kutu daun seringkali menyerang tanaman kentang, menyebabkan penurunan hasil.

Ketiga, fluktuasi harga. Harga jual kentang seringkali tidak stabil, sehingga petani enggan melakukan investasi jangka panjang. Keempat, kurangnya infrastruktur pascapanen. Fasilitas pengolahan dan penyimpanan kentang yang memadai masih terbatas, sehingga banyak kentang yang mengalami kerusakan sebelum sampai ke konsumen.

Teknologi telah mengubah wajah pertanian kentang. Penerapan teknologi seperti sistem irigasi tetes, penggunaan pupuk organik, dan sensor tanah telah meningkatkan efisiensi produksi. Selain itu, penggunaan varietas unggul hasil rekayasa genetika dan sistem pertanian presisi telah menghasilkan kentang dengan kualitas yang lebih baik, tahan penyakit, dan berumur panen yang lebih pendek.

Pemerintah perlu memberikan insentif kepada petani kentang, seperti subsidi benih, pupuk, dan peralatan pertanian. Diperlukan dibangun jaringan pemasaran yang kuat untuk menjamin stabilitas harga kentang. Adanya dukungan pemerintah, pengembangan teknologi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, Indonesia dapat menjadi produsen kentang yang mandiri dan berdaya saing di tingkat global. Seharusnya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan varietas kentang yang adaptif terhadap kondisi lingkungan di Indonesia.

Agus Wibowo, seorang sarjana di bidang Agroteknologi, yang berasal dari desa penghasil komoditas kentang di Magelang, Jawa Tengah. Dia berhasil menghasilkan inovasi dan program pembibitan kentang yang memajukan penghasilan petani kentang lokal. Selain edukasi, ada pula inovasi teknologi yang dimanfaatkan, salah satunya untuk meningkatkan produktifitas hasil panen. Mereka memakai sistem irigasi yang bisa diaplikasikan di rumah kaca dan kebun-kebun petani.

Keuntungan yang dinikmati petani binaan Agus mengalami peningkatan hingga 3200 dollar (hampir 50 juta rupiah), dibandingkan sebelumnya. Petani yang menjadi mitra mengalami peningkatan pendapatan. P.etani yang tadinya menanam kubis dan cabai, ketika ikut membudidayakan komoditas kentang jadi ada peningkatan penghasilan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline