Setiap tahun , Western Australian Government didukung oleh Lottwerywest menyelenggarakan Oz concert yang merupakan sebuah event multicultural kota Perth. Konser yang venuenya di taman Government House ini dimaksudkan untuk mempertunjukkan kekayaan, semangat serta getaran keindahan yang dibawa oleh masing-masing budaya tersebut.
[caption id="attachment_166948" align="aligncenter" width="720" caption="Tiupan Didgeridoo dari suku Noongar"][/caption]
Oz concert di hari Minggu tanggal 18 Maret 2012 merupakan Oz concert yang ke-24. Tahun ini Komando acara berada di tangan Kulcha, sebuah organisasi yang mendedikasikan dirinya bagi pengembangan dan kemajuan multicultural art. Dibuka dengan tiupan didgeridoo (alat music aborigin) disusul dengan choir Global voice yang juga menyanyikan satu lagu dalam bahasa Noongar (suku Noongar, salah satu suku Indigenous Australia yang berdomisisli di wilayah Perth dan sekitarnya), dilanjutkan dengan penampilan berbagai bangsa yang mengusung budaya tradisional masing-masing, Diantara performernya: Mesir dengan Belly Dance; Rusia dengan folk and traditional dance; Irlandia dengan hard shoe reel steps dance; tarian kolaborasi dari Negara-negara Amerika Latin (mewakili Peru, Argentina dan Bolivia); Brazil dengan street dance yang biasanya dibawakan dalam Rio De Janeiro Carnival; Nomad dream yang mengkombinasikan antara music China, India dan Turki; Tibet yang mempertunjukkan tari tradisional membuat teh dan mentega yang dibawakan oleh para pemudinya; Croatia diwakili dengan tarian dan nyayian tradisional Podravina Zagreb; Australia sendiri menampilkan ballet Don Quixote. China membawakan tarian kontemporer Molihua; serta Somalia dengan nyanyian Youma. Lalu tarian apa yang dibawakan oleh Indonesia? tari Ramayana; disusul oleh Hongaria dengan czardas dance; terakhir ditutup dengan Rhythm Diaspora yang menggabungkan semua unsur seni tradisional yang ditunjukkan malam itu.
Indonesia mempertunjukkan tarian yang inspirasinya datang dari sendratari Ramayana. Tentu saja sudah diperpendek menyesuaikan dengan waktu yang dalokasikan oleh panitia dan dimodifikasi dengan menunjukkan keberagaman budaya Indonesia (walau “hanya” diwakili oleh 3 suku, yaitu sunda, Jawa dan Bali) . Untuk pertunjukan ini, sanggar tari SELENDANG SUTRA yang dikomandoi oleh mbak Astit betul-betul patut diacungi jempol dengan kreatifitasnya yang berusaha memasukkan tarian Jaipongan yang sebenarnya tidak pernah ada dalam sendratari Ramayana. Dalam performance ini selain tarian “klasiknya” yang menunjukkan bagaimana Rama berjuang membebaskan Sinta dari cengkeraman Rahwana (salute for mbak Astit yang bisa memadukan versi Bali dan Jawa dalam satu pertunjukan). Nah dalam perjalanannya mencari Shinta, Rama memperoleh petunjuk dari para bidadari lewat tarian jaipong. Nah lho? Bisakan selalu memasukkan tarian yang tidak berhubungan tapi tetap klik dengan jalannya cerita? Mungkin lain kali disisipkan tari dari Papua, mbak Astit?.
[caption id="attachment_166950" align="aligncenter" width="518" caption="Hanoman datang membantu Rama"]
[/caption] [caption id="attachment_166952" align="aligncenter" width="583" caption="Jaipongan yang nylususp (inserted) dalam sendratari Ramayana"]
[/caption]
Tak perlu diperdebatkan apakah sendratari ramayana Indonesia itu Made in Indonesia atau bukan; asli Indonesia atau bukan. Yang jelas dari dulu nenek moyang kita sudah pandai memodifikasi dan “menyesuaikan” budaya-budaya asing (bukankah budaya India juga merupakan “budaya” asing?) dengan karakter dan taste of Indonesia dan pada akhirnya berkembang menjadi berbagai versi sesuai dengan suku-suku yang ada di Indonesia. Rasa Indonesia-nya tetap ada walaupun kita tahu budaya itu berasal dari mana?. Tak perlu diperdebatkan, tetapi syukuri sajalah kepandaian yang diwariskan oleh nenek moyang kita ini.
Apa komentar para penonton non-Indonesia tentang tarian Indonesia di banding dengan tarian dari Negara-negara lain? Teman bule saya (an Austrlian; berdarah “asli” Irish dan pernah bekerja sebagai guru di beberapa International School di Asia termasuk Indonesia) bernama Kierra, berkomentar, “ The best performance for music, costume and dance for this event is Indonesia”. Ahhhh mudah-mudahan dia berkomentar seperti ini bukan karena dia mendapatkan tiketnya dari saya yang orang Indonesia ya?....
Photo-photo lain dari concert bisa dilihat disini
[caption id="attachment_166955" align="aligncenter" width="300" caption="carnaval de Rio dari Brazil"]
[/caption] [caption id="attachment_166961" align="aligncenter" width="384" caption="mbak Astit (tengah kostum hitam) berpose sebelum tampil"]
[/caption] [caption id="attachment_166962" align="aligncenter" width="448" caption="Selendang sutra dancer kumpuuul... sebelum show up"]
[/caption] [caption id="attachment_166963" align="aligncenter" width="432" caption="penonton yang rela berlesehan"]
[/caption] [caption id="attachment_166957" align="aligncenter" width="300" caption="Tarian folklore dari Rusia"]
[/caption] [caption id="attachment_166965" align="aligncenter" width="300" caption="Don Quixote, tari ballet mewakili Australia"]
[/caption] [caption id="attachment_166966" align="aligncenter" width="300" caption="Somalia singer bernyanyi meminta dinikahakan dengan gadis pujaannya"]
[/caption]
Sumber Photo : Astit Olszowy dan Ira Lyne
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H