Lihat ke Halaman Asli

Zikri Prismadani

Mahasiswa Prodi Sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

Tinjauan Sosiologis Fenomena Anak Jalanan akibat Keluarga Broken Home

Diperbarui: 1 Juli 2021   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap manusia yang dipersatukan menjadi pasangan dalam ikatan pernikahan,  pasti memiliki keinginan untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera atas jalinan cinta dan kasih sayang antara satu sama lain. Untuk menciptakan keluarga yang harmonis, diperlukan peran antara suami dan istri. Apabila keluarga tidak dapat menjalankan fugsi dan perannya dengan baik, akan memicu terjadinya disharmonisasi keluarga. Disharmonisasi keluarga dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri masing-masing pasangan suami-istri dan anggota keluarga seperti minimnya pengetahuan tentang kerumahtanggaan dan sikap egosentrisme. Untuk faktor eksternal, yaitu sebab-sebab yang muncul dari luar seperti masalah ekonomi, kesibukan yang melekat pada masyarakat modern untuk mencari harta, dan masalah pendidikan. Permasalahan dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan begitu pula sebaliknya. Untuk permasalahan keluarga, broken home merupakan kasus yang dapat berpengaruh terhadap masalah sosial yaitu permasalahan anak jalanan.

Keluarga Broken Home

Broken home diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan selayaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran yang berakhir pada perceraian. Apabila orang tuanya sering berselisih dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif, keluarga itu tidak dapat disebut sebagai keluarga utuh. Pada akhirnya, apabila orang tuanya hidup bercerai, maka keluarga itu dapat dikatakan sebagai keluarga broken home. Adapun aspek-aspek yang menyebabkan broken home, yaitu:

  1. Kurangnya kasih sayang antar anggota keluarga.
  2. Kurangnya saling pengertian antar anggota keluarga.
  3. Kurangnya komunikasi antar anggota keluarga

Keluarga merupakan dunia yang paling vital dari kehidupan seorang anak. Keluarga yang tidak harmonis akan berujung pada perceraian merupakan masalah utama dari akar kehidupan seorang anak, sebab dalam masa yang kritis seorang anak kehilangan sosok yang menjadi pedoman hidupnya. Jika anak telah kehilangan pedoman hidup dan menjadi "liar" akan menyebabkan masalah-masalah sosial lain, salah satunya anak jalanan.

Anak Jalanan sebagai Masalah Sosial

Berdasarkan data Kementerian Sosial yang diambil dari Dashboard Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) SIKS-NG per-15 Desember 2020, jumlah anak terlantar di Indonesia sebanyak 67.368 orang.  Guna mengatasi permasalahan anak jalanan, diperlukannya komitmen yang kuat dari semua pihak. Menurut Femmu Eka Kartika (Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Kemenko PMK), kendala dalam menangani anak jalanan ini ada di persoalan data. Tidak adanya data realtime membuat pendataan anak jalanan sulit bagi Pemerintah. 

Adapun cara yang dilakukan Pemprov Jawa Tengah dalam mengurangi anak jalanan adalah membangun shelter. "Shelter penting dan banyak keperluannya tetapi yang lebih mendesak adalah pemberian edukasi kepada masyarakat. Misalnya memberi edukasi kepada pasangan pra nikah melalui bimbingan supaya tidak menjadi keluarga yang broken home" kata Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin. Masalah sosial yang berkaitan dengan anak jalanan berawal dari keluarga yang broken home.

Tinjauan Sosiologis

Talcott Parsons menyebutkan keluarga merupakan sistem yang mempunyai beberapa substruktur, yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Substruktur tersebut saling terkait dan saling menunjang sehingga sistem tersebut berfungsi dengan semestinya. Keluarga merupakan satu kesatuan dari elemen sistem keluarga, yang terdiri anggota keluarga, pola interaksi, tatanan nilai, fasilitas yang membentuk proses sistem keluarga untuk mencapai tujuan keluarga. Adapun keluarga dalam perspektif fungsionalisme, antara lain:

  1. Keluarga sebagai struktur/sub sistem sosial. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat.
  2. Keluarga sebagai kontrol sosial.
  3. Keluarga sebagai pranata sosial pertama dan utama dalam masyarakat bagi individu.

Dikaitkan dengan permasalahan broken home, anggota keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga posisi keluarga sebagai sistem mulai retak. Sesuai dengan pengertian dari disharmonisasi, yaitu kondisi di mana keluarga tidak dapat menjalankan fungsi dan perannya sehingga masing-masing anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka. Keluarga sebagai lembaga sosial yang memiliki peranan kontrol sosial perlu memberikan pemahaman terkait nilai kepada anggota keluarga. Dalam hal ini, kepala keluarga sebagai seseorang yang memiliki otoritas dalam keluarga dapat memberikan sanksi jika salahs satu anggota dalam keluarga melanggar nilai-nilai yang telah disepakati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline