Lihat ke Halaman Asli

Zikri Aulia

Pencari dan Pemulung Informasi

"Penginapan Primadona di Zamannya": Sejarah Singkat Hotel Savoy Homann di Bandung

Diperbarui: 2 Februari 2024   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana di depan hotel Savoy Homann Bandung pada tahun (1910)  Sumber: Digital Collection Leiden.

Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota ini memiliki julukan Paris Van Java karena di kota Bandung menyerupai iklim di Eropa dengan letak gografisnya yang dikelilingi oleh pegunungan yang membuat Bandung mendapatkan julukan Paris Van Java. Selain karena letak geografisnya, banyak wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung karena Bandung terkenal dengan kota tujuan wisata bagi para peloncong.(*)

Ada banyak beberapa bangunan bersejarah di kota Bandung yang hingga kini masih ada keberadaannya. Beberapa bangunan bersejarah yang masih tersisa di kota Bandung diantaranya adalah Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homan yang merupakan hotel paling elite di kota Bandung pada masa Hindia Belanda. Awalnya, hotel Grand Preanger adalah sebuah wisma dengan gaya Indische Empire Stijl yang dibangun pada tahun 1889 untuk para tuan yang berkunjung ke Bandung. Hotel ini dibangun oleh seorang arsitektur Belanda yang bernama Wolff Schemoeker. Hotel ini berada disebelah utara Jalan Raya Pos (Groote Postweg) atau kini (Jalan Asia Afrika).(*) 

Keberadaan hotel Savoy Homan dimulai pada tahun 1870, hotel Savoy Homann merupakan sebuah penginapan milik keluarga Adolf Homann. sebagai pemilik pertama hotel ini adalah imigran asal Jerman. Hotel Savoy Homann menjadi hotel generasi pertama di Bandung. Hotel Savoy Homann berbentuk rumah panggung, kemudian dirombak menjadi bangunan papan setengah tembok. Hotel ini memiliki luas area 7.000 m2.(*) Pada tahun 1884 hotel Homann mulai di renovasi bangunan, dinding sehingga menjadi gedung bergaya arsitektur kolonial dengan gaya Art Deco. (Art Deco adalah gaya arsitektur yang berkembang pada periode tahun 1920-an. Thomas Karsten adalah arsitek yang mengenalkan gaya Art Deco pada sebuah bangunan)(*)

mr-homann-pemilik-hotel-homann-di-bandung-di-berlin-1919-65bcb609c57afb0d78731334.jpg

Mr. Adolf Homann Pemilik Pertama Hotel Savoy Homann Bandung (1910). Sumber: Nationaalarchief.nlHotel ini menjadi hotel yang monumental sejak kota Bandung masih berwujud desa kecil di pegunungan hingga menjadi kota modern. Pada tahun 1890 hotel ini pindah ke lokasi kawasan perbelanjaan dan perkantoran di pusat kota Bandung, tepatnya berada di sisi bagian selatan Jalan Raya Pos (Grotee Postweg) atau kini (Jalan Asia Afrika). Disekitar hotel Savoy Homann terdapat Nederlandsche Indie Handelsbank (NIHB) dan Nederlandsche Indie Escompto Maatschappij (NIEM) merupakan institusi perbankan swasta yang pernah beroperasi di Hindia Belanda. Tarif penyewaan hotel ini bervariasi, antara 5 sampai 6 gulden perhari, tentu harga yang ditentukan sesuai kebutuhan masing-masing.(*) Hotel Preanger dan hotel Savoy Homann turut membantu membangun perekonomian daerah Bandung khususnya di bidang pariwisata.(*)

Suasana Hotel Savoy Homann Bandung pada Tahun (1915) Sumber: Digital Collection Leiden.

Keunggulan hotel ini dibuktikan dengan menampung berbagai macam tamu penting berkelas dunia seperti, Perdana Menteri Perancis George Clemenceau yang menginap pada tahun 1921, Raja Siam, Chulalonkorn dan Pangeran Prajathipok, Sultan Pakubuwono X, Charlie Chaplin yang pernah menginap 2 kali di hotel ini, yaitu pada tahun 1927 dan tahun 1935, Marry Pickford, pernah menginap di hotel ini. Kedatangan Charlie Chaplin dan Marry Picford menginap di hotel Homann menjadi sebuah promosi besar bagi hotel ini.(*)

Sebagai daerah transit, perkembangan jasa akomodasi di kota Bandung semakin meningkat. Pada tahun 1933 telah berdiri 41 hotel di Bandung dan tiap tahun mengalami peningkatan tiap tahunnya. Secara umum terdapat tiga kategori hotel yang ada di daerah Bandung. Pertama, hotel kelas mewah yang memberikan jasa lengkap dan fasilitas mewah atau biasa disebut hotel kelas bintang 4 ke atas. Tarif hotel kategori ini berkisar antara f 8 --- f 30 per-kamar atau per-hari. Kedua, hotel menengah memberikan jasa lengkap tetapi fasilitasnya tidak mewah atau biasa disebut hotel bintang 2 atau bintang 3. Harga tarif hotel ini berkisar antara 2 --- f 10 per-kamar atau per-hari. Ketiga, hotel garni memberikan jasa tidak lengkap dan tidak mewah atau biasa disebut hotel melati atau hotel losmen. Tarif hotel ini tergolong lebih rendah dibandingkan hotel lainnya. Tarif hotel ini berkisar antara 10 sen sampai f 1 per-kamar atau per-hari. Dilihat dari kepemilikannya, hotel mewah cendrung dimiliki oleh orang Eropa, hotel kelas menengah umumnya dimiliki orang Eropa dan Tionghoa, sedankan hotel kelas garni dimiliki oleh orang Tionghoa dan masyarakat sekitar daerah tersebut.(*)

Sebagai bentuk fasilitas dan pelayanan yang terbaik untuk tamu hotel Homann, manajemen hotel Savoy Homann pertama, memberikan fasilitas layanan antar dan jemput kepada pengunjung tamu hotel dari hotel Savoy Homann menuju stasiun Bandung atau sebaliknya. Bahkan, ketika sudah sampai di hotel pengunjung disambut porter pria yang selalu siap berdiri di depan hotel untuk mengangkut atau menurunkan barang bawaan pengunjung tamu di hotel Savoy Homann. Kedua, pihak manajemen hotel Savoy Homann juga menyediakan kuda, dokar dan taksi untuk mengantarkan pengunjung tamu hotel ke objek wisata yang ada di Bandung. 

Fasilitas Penjeputan untuk Pengunjung Tamu Hotel Savoy Homann Bandung. Sumber: Nationaalarchief.nl.

Bentuk fasilitas pelayanan Ketiga, adalah menyediakan pelayanan restoran hotel dengan sebaik-baiknya. Pihak manajemen hotel Savoy Homann berkomitmen untuk menyediakan makanan yang disiapkan dengan baik dan lezat kepada para pengunjung tamu hotel Savoy Homann. Restoran hotel Savoy Homann terletak di sisi bagian belakang bangunan utama. Restoran tersebut dapat menampung tamu hotel sekitar 70 orang. Kelima, fasilitas yang diberikan selanjutnya adalah menyediakan taman bermain bagi anak-anak yang dilengkapi permainan ayunan serta jungkat-jungkit.(*)

Pelayan Restoran di hotel Savoy Homann Bandung. Sumber: Digital Collection Leiden.

Pada tahun 1937 bangunan hotel tersebut kembali di bongkar dan diganti dengan hotel bergaya internasional style modern. Renovasi bangunan hotel Savoy Homann akan dirancang oleh dua orang arsitek dari Belanda yang bernama A.F Albers dan R.A. de Wall. Aalbers akan merenovasi besar-besaran pada bangunan pusat, yaitu bangunan utama dan akan digantikan bangunan yang baru. Bangunan baru terlihat modern sesuai dengan keinginan dari Dewan kota Bandung. Hotel ini akan dibangun 3 lantai, dan setiap lantai akan dibangun kamar dengan jumlah 63 kamar, dan bangunan paling atas akan, dibangun teras (gazebo) yang mana orang dapat menikmati keindahan atau pemandangan kota Bandung. Tidak hanya gaya aritektur, Aalbers juga mendesain fasad luar hotel Homann.(*) Desain ini menjadi ciri khas hotel dan tidak boleh diubah karena termasuk bagian dalam cagar budaya. Konstruksi renovasi hotel Savoy Homann akan dimulai dalam beberapa bulan dan akan memakan waktu sekitar empat sampai 5 bulan.(*)

Suasana hotel Savoy Homann Bandung pada Tahun 1940, Sumber: Digital Collection Leiden.

Pada tahun 1955, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara Konfrensi Asia Afrika di kota Bandung. Presiden Soekarno menunjuk kota Bandung dan memastikan bahwa kota Bandung siap menyelenggaraakan acara tersebut. Mendengar hal ini, Gubernur Jawa Barat yang bernama Sanusi Hadjadinata membentuk panitia lokal untuk merenovasi sarana dan fasilitas yang ada di kota Bandung.(*) Dana yang diperoleh untuk merenovasi beberapa fasilitas seperti renovasi hotel untuk tempat penginapan untuk para tamu atau delegasi, ruas jalan di sekitar jalan Asia Afrika, stasiun Bandung, Bandara Husein Sastranegara dan lainnya. Dana untuk merenovasi gedung tersebut diperoleh dari pinjaman luar negeri yang di dapat dari pemerintah Indonesia. Total untuk merenovasi dalam rangkaian kegiatan konfrensi Asia Afrika di kota Bandung sejumlah 207.422.10 rupiah.(*)

Kesibukan renovasi dan perbaikan di kota Bandung dimulai pada tahun 1953 hingga 1954. Kegiatan renovasi ditunjukan untuk mempersiapkan kedatangan tamu-tamu kepala negara atau delegasi Konfresi Asia Afrika. Sasaran yang paling penting direnovasi adalah tempat persinggahan atau penginapan yang ada di kota Bandung. yaitu hotel Grand Preanger, hotel Savoy Homan, hotel Orient, hotel Swarha, hotel Trio, hotel Orient dan lainnya.(*) Beberapa hotel di kota Bandung khususnya hotel Savoy Homaan dan hotel Grand Preanger menjadi persinggahan dan tempat menginap para delegasi konfresi-konfrensi internasional yang diselenggarakan di kota Bandung.(*)

Konfrensi Asia Afrika dilaksanakan pada tanggal 18 April 1955 hingga 24 April 1955. Beberapa kepala negara dari Asia dan Afrika beserta delegasinya, menginap di hotel Savoy Homann yang berlokasi di Jalan Asia Afrika No. 112. Kota Bandung. Hotel ini menjadi tempat penginapan beberapa tamu dapenting, salah satunya Presiden Republik Indonesia Soekarno, Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Zhou Enlai, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru. Perdana Menteri India menginap di kamar suite nomor 144, Presiden Soekarno menempati kamar suite nomor 244 dan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Zhou Enlai menginap di kamar suite nomor 344.(*)

Pada tahun 1986 kepemilikan hotel Savoy Homann digantikan kepada H.E.K Ruchiyat, selaku Direktur Utama Pt Panghegar Grup. Setelah proses negosiasi yang cukup Panjang, Ruchiyat berkeinginan untuk renovasi hotel Savoy Homann. Beberapa renovasi yang dilakukan oleh Ruchiyat adalah pertama, bagian belakang hotel yang kemudian menjadi tempat parkir pengunjung tau serta kolam renang. Kedua, pada bagian depan tetep dipertahankan arsitekturnya kecuali front office, lobby, serta ballroomnya diperbesar. Ketiga, bagian tengah tetap pada posisi semenstinya yaitu berupa taman hotel.(*)

Pada tahun 2000, kepemilikan hotel Savoy Homann menjadi milik PT Bidakara Savoy Homann Duaribu, yaitu anak perusahaan dari YKKBI (Yayasan Kesejateraan Karyawan Bank Indonesia.). Pihak manajemen berniat membawa hotel ini untuk memberikan nuansa yang berbeda bagi pertumbuhan pariwisata di kota Bandung.(*) 


Daftar Pustaka

Arsip:

  • A.N.P. Indonesissche Documentatie Dienst, (Amsterdam: Koninklijk Instituut Voor Taal -, Land-en Volkenkunde KITLV, 14 Januari 1954).
  • A.N.P. Indonesissche Documentatie Dienst, (Amsterdam: Koninklijk Instituut Voor Taal -, Land-en Volkenkunde KITLV, 24 Januari 1955).
  • Fitriyani, Endah, Upaya Mempertahankan Nilai Sejarah Melalui Pendekatan Experiental Marketing di Hotel Savoy Homann Bidakara, Jurnal Pendidikan dan Peneliti Sejarah Universitas Pendidikan Pancasila, Vol. 5 1, 2021.
  • Hoogland, W.H., Gids van Bandoeng En Omstreken, (Amsterdam: Koninklijk Instituut Voor Taal -, Land-en Volkenkunde KITLV, 1921).
  • Nix A.C, & Co, Gids Voor Bandoeng Met Teekeningen van W.O.J. Nieuwenkamp, (Amsterdam: Koninklijk Instituut Voor Taal -, Land-en Volkenkunde KITLV, 1908).
  • Nur'aini Yenni, Analysis of the Preparedness of Bandung Towards City Branding, (Bandung: Thesis Master Degree Programme Institut Teknologi Bandung and Enviromental and Infrastructure Planning Faculty of Spatial Sciences University of Groningen, 2010).
  • Nugraha, Awaludin, Industri Pariwisata di Keresidenan Priangan (1870--1942), (Bandung: Lembaga penelitian Universitas Padjajaran, 2003).
  • Kunto, Haryanto, Balai Agung di Kota Agung: Riwayat Gedung Sate dan Gedung Pakuan, (Bandung: Penerbit Granesia, 1996).
  • Rustandi Ecep Herdis, Wijaya, Karto, "Great Mosque Bandung as A Landmark of Bandung City", Jurnal Indonesian Journal of Bulit Enviromental & Sustainability, Vol 1, Nomor.1, 2009).
  • Susanto, H., "Konsep Ruang Waktu dalam Arsitektur dan Konsep Ruang Waktu Einstein", Jurnal FT UI, Vol 2 2, 2002).
  • Winarso, H., "Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Peri-Urban di sekitar Pegembangan Lahan Skala Besar: Kasus Bumi Serpong Damai", Jurnal Perencanaan Wlayah dan Kota, Vol. 18 1, 2007).
  • Vika Haristianti, "Transformasi Spasial Fisik Teritorial Pada Bangunan Cagar Budaya. Studi Kasus: Museum Gedung Sate, Bandung", Jurnal Urbanism Architectural Studies Universitas Telkom Bandung, Vol 20. 2, 2022.
  • Vorkink Mij. N.V, Bandoeng 1906--1931, (Amsterdam: Koninklijk Instituut Voor Taal -, Land-en Volkenkunde KITLV, 1976).
  • Yulianto, Eko, etc. Geliat Kota Bandung dari Kota Tradisional Menuju Modern, (Jakarta: Bank Indonesia Institute, 2020).

MEDIA:

 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline