Risiko dari Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, dan Aktiva Tetap Tak Berwujud
Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah aset yang mudah dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti kas, piutang, dan persediaan barang. Risiko utama dari aktiva lancar adalah keterlambatan pembayaran dari piutang atau penurunan nilai persediaan, yang bisa menyebabkan kesulitan likuiditas. Contoh: Perusahaan toko retail mungkin memiliki banyak piutang, namun jika pelanggan gagal membayar tepat waktu, itu akan memengaruhi kas perusahaan.
Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah aset yang perusahaan pegang lebih dari satu tahun, seperti saham, obligasi, atau properti. Risiko yang terkait adalah penurunan nilai pasar dari investasi tersebut, seperti saham yang nilainya turun drastis atau properti yang sulit dijual. Contoh: Sebuah perusahaan bisa membeli saham perusahaan lain, tetapi jika saham tersebut turun drastis karena kondisi pasar, itu bisa merugikan perusahaan.
Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah barang-barang berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan jangka panjang, seperti tanah, bangunan, dan mesin. Risiko utama adalah kerusakan atau keusangan dari aktiva tetap, yang mengurangi nilai atau kegunaan aset. Contoh: Mesin yang digunakan untuk produksi barang bisa mengalami kerusakan, yang mengganggu operasi perusahaan.
Aktiva Tetap Tak Berwujud
Aktiva tetap tak berwujud adalah aset yang tidak memiliki bentuk fisik, seperti merek dagang, hak paten, dan goodwill. Risiko yang terkait adalah penurunan nilai atau bahkan kebangkrutan hak paten jika tidak terjaga atau diterima oleh pasar. Contoh: Sebuah perusahaan mungkin memiliki merek dagang yang terkenal, tetapi jika citra merek tersebut rusak karena isu reputasi, nilai merek akan turun.
Sumber Referensi:
Jogiyanto, H. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Dewi, N. S. (2016). Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Apa yang Dilakukan Perusahaan Ketika Menganalisis Kewajiban Lancar, Kewajiban Jangka Panjang, Kewajiban Lain-lain, Utang yang Didistribusikan?
Perusahaan harus mengidentifikasi dan mengevaluasi kewajiban-kewajiban tersebut untuk memastikan apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban tersebut tepat waktu tanpa mempengaruhi operasi jangka panjang.
Kewajiban Lancar: Perusahaan menganalisis kewajiban lancar, seperti utang dagang, yang harus dibayar dalam waktu dekat. Perusahaan akan memastikan bahwa kas dan aktiva lancar cukup untuk menutupi kewajiban ini.
Kewajiban Jangka Panjang: Ini termasuk pinjaman jangka panjang yang harus dibayar dalam beberapa tahun. Perusahaan akan menganalisis apakah bisa membayar cicilan utang secara reguler dan apakah ada rencana refinancing jika diperlukan.
Kewajiban Lain-lain: Kewajiban ini bisa termasuk tunjangan karyawan atau kewajiban pajak. Perusahaan akan memastikan semua kewajiban lainnya tercatat dengan baik dan dapat dibayar sesuai waktu yang ditentukan.
Utang yang Didistribusikan: Perusahaan perlu mengatur pembayaran utang yang melibatkan cicilan dalam jangka waktu tertentu, misalnya, utang kepada lembaga keuangan atau pemegang saham.
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki kewajiban lancar sebesar 1 juta dan kewajiban jangka panjang sebesar 5 juta. Perusahaan akan memeriksa laporan keuangan untuk memastikan kas cukup untuk memenuhi kewajiban lancar dalam waktu dekat, sementara untuk kewajiban jangka panjang, perusahaan akan merencanakan pembayarannya dalam beberapa tahun mendatang.
Sumber Referensi:
Brigham, E. F., & Ehrhardt, M. C. (2017). Financial Management: Theory & Practice (15th ed.). Boston: Cengage Learning.
Horne, J. C. V., & Wachowicz, J. M. (2008). Fundamentals of Financial Management. Pearson Prentice Hall.
Apa yang Harus Dilakukan Perusahaan Ketika Terjadi Permasalahan pada Kewajiban Lancar, Kewajiban Jangka Panjang, Kewajiban Lain-lain, Utang yang Didistribusikan?
Jika perusahaan menghadapi masalah dalam kewajiban tersebut, langkah yang harus diambil antara lain: