Lihat ke Halaman Asli

Tingkat Membaca di Bawah Bayang-bayang Internet: Krisis Membaca di Kalangan Remaja

Diperbarui: 20 Mei 2024   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lib.ub.ac.id

 "Membaca Adalah Jendela Dunia"

Di era digitalisasi ini, internet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi kehidupan sehari-hari masyarakat. teknologi yang semakin canggih dan akses informasi yang melimpah tak serta merta membawa dampak positif bagi kehidupan di masyarakat, melainkan banyak menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah dengan fenomena yang terjadi sekarang ini yaitu menunjukkan bahwa tingkat membaca di kalangan remaja justru mengalami penurunan.

Hal ini juga di perkuat oleh data yang di keluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 278,69 juta jiwa.  Namun sangat disayangkan hal tersebut berbanding terbalik dengan tingkat minat membaca. Berdasarkan data UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang berminat membaca. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya satu orang yang gemar membaca dan aktif membaca. Lebih lanjut, menurut survei  Program for International Student Assessment (PISA)  tahun 2019, minat membaca Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 70 negara.Dengan kata lain, Indonesia termasuk dalam  10 negara dengan tingkat melek huruf terendah di antara negara-negara yang disurvei.(Sumber teks: https://balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/2023/09/07/manca-untuk-literasi-yang-menyenangkan/ )

Karena itu hal ini menjadi tanda tanya bagi kita semua kenapa teknologi yang seharusnya "Mempermudah" remaja serta masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dari membaca dengan segala akses informasi yang sudah dengan mudah di dapatkan malah harus menerima fakta bahwa pada saat ini tingkat membaca pada remaja tepatnya di Indonesia mengalami krisis yang menghawatirkan, di mana transformasi kebiasaan membaca di kalangan remaja mengalami perubahan yang signifikan, dahulu buku dan perpustakaan adalah sumber utama pengetahuan dan hiburan, namun kini gawai seperti smartphone, tablet, dan komputer lebih menarik perhatian mereka. Maka dari itu pada era internet ini informasi yang disediakan kepada Masyarakat berupa potongan-potongan singkat, orang- orang cenderung mencari solusi instan dari pada membuang waktu untuk teks yang panjang pada buku -- buku cetak. Hal ini mengakibatkan kemampuan menyerap informasi pada masyarakat secara kritis menjadi terkikis.

Dampak yang ditimbulkan dari digitalisasi terhadap membaca pun tidak main-main  hal ini bisa mengganggu kemajuan bagi suatu negara dalam membangun masa depan emas karena menyangkut kualitas dan kuantitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri, karena kita tau semua, membaca adalah sumber kunci utama dalam mendapatkan suatu ilmu dan juga sebagai pelatih otak terbaik untuk mengembangkan pengetahuan seseorang, bahkan ada pribahsa yang mungkin kita tau semua yaitu berbunyi "Membaca Adalah Jendela Dunia"

Ini adalah beberapa dampak negatif yang timbul di lingkungan remaja :

1.Penurunan durasi membaca

Survei menunjukkan bahwa remaja menghabiskan lebih sedikit waktu mereka atau tidak sama sekali  untuk membaca. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu di internet untuk berselancar di media sosial, bermain games, atau pun menonton film.

2.Gangguan konsentrasi

Melihat ataupun memainkan media sosial terhadap berbagai platform digital membuat remaja lebih sulit untuk berkonsentrasi dalam waktu yang lama, kebiasaan ini membuat kemampuan mereka sulit untuk membaca teks yang lebih panjang dan kompleks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline