Lihat ke Halaman Asli

Sekedar Bualan, Tak Usah Dibaca

Diperbarui: 22 Maret 2019   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terbangun disela gemuruh warga kontrakan. Entahlah apa yang mereka kabarkan, Einstein, Comte, Hitler, Mocca, Arabica, Duda Arab atau siapalah itu; aku tak peduli. Aku mengatur nafas yang gusar. 

Mengapa aku? 

Lalu kuambil kaca, airku mengalir. 

Seumpama aku meluap luap, memekik leher mereka, dipenjarakankukah. 

Aku sekedar bertutup selimut; cengeng!!

Sedang jangkrik diluar sana meronta ronta tak memberi damai. Suara ngiiiiing mendenging keras, mengiris liang pendengaran pelan-pelan. Sudahlah sudah... 

Pergi kau bujang, bahkan dari bayang bayang mata busukku 

Sempoyongan memang, aku yang kuat ini akan terbiasa. Mencaci. 

Dasar biadab. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline