Lihat ke Halaman Asli

Konvergensi Media Membuat Otak Bermigrasi

Diperbarui: 17 Maret 2019   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konvergensi media menjadi sebuah fenomena lazim dewasa ini. Bagi saya, sebagai makhluk berkehidupan semestinya kita musti mengikuti setiap arus perubahan dalam segala lini. Dalam rangka migrasi media yang sedang marak ini, saya yang bernotabe sebagai pelajar yang menyukai dunia kepenulisan merasakan imbas yang begitu hebatnya.

Tahun 2014, saya merupakan pribadi yang hobi sekali mengirimkan tulisan-tulisan pada koran-koran lokal seperti Lontar. Selain koran, saya terbiasa mengirimkan tulisan di majalah dan mading sekolah. Romansa greget dalam mendapatkan eksistensi begitu kentara. Sungguh, ketika mendapati info bahwa tulisan kita dimuat (red: dipublikasikan) menjadi hal yang sangat luar biasa. Lambat laun, di majalah sekolah saya sering kali dipercaya menjadi seorang Pimred.

Kehidupan seperti itu berlanjut hingga saya hidup di luasnya Jogja pada tahun 2016. Masih erat terasa pula ketika saya seringkali mengirim puisi-puisi dan artikel di beberapa koran cetak. Yang paling sering dimuat yakni di Kedaulatan Rakyat pada kolom mahasiswa.

Seiring berjalannya waktu, tanpa saya sadari, saya telah kehilangan ruang-ruang cetak karya-karya saya. Saya lebih menikmati menulis pada Kompasiana, Blogger, Tumblr, dan Instagram. Lebih mirip sosok yang mengaku citizen journalism. 

Media-media masa remaja saya bak lenyap ditelan waktu, tak terdengar, tak bersua pula. Pada media online saya berpikir, bahwa saya lebih nyaman pada hal-hal instan; klik langsung terpublish. Tanpa memerlukan perjuangan seperti dahulu kala.

Namun, disisi lain saya merasa mengalami penurunan kualitas tulisan. Baik dari segi konten maupun ide. Migrasinya media pun malih menjadi media yang bebas dan buas pada platform online. Semua orang dapat mengirim tulisan tanpa adanya 'gatekeeper'. Sedang kualitas tulisan yang tinggi bisa jadi berpotensi termarjinalkan.

Perlahan saya menyadari, bahwa konvergensi media sangat mempengaruhi pola berpikir. Hingga akhirnya, saya yakin, bahwa otak saya juga bermigrasi.

-ZN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline