Lihat ke Halaman Asli

Manusia, Cinta, Harapan, dan Makna Kehidupan

Diperbarui: 20 Juli 2022   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MANUSIA, CINTA, HARAPAN DAN MAKNA KEHIDUPAN

 Manusia Dan  Makna Kehidupan

Manusia sejak awal diciptakan diberikan sebuah kodrati illahi berupa pikiran, rasionalitas dan hati. Membuat prinsip-prinsip kehidupan dan berkembang dengan pemikiran-pemikiran sehingga melahirkan isme untuk mengatur tatanan kehidupan dimuka bumi ini. Manusia dapat dipahami sebagai makhluk berakal-budi. Dengan menggunakan keduanya, manusia dapat mewujudkan tujuan dan visi mereka hingga menjadi hal yang nyata atau realistisitas.

Untuk bisa mendeskripsikan apa itu manusia, ada begitu banyak konsep mengenai manusia, hakikat manusia baik itu dalam filsafat atau bahkan metafisika tradisional. Ada begitu banyak agama yang telah meletakkan sebuah konsep serta hakikat manusia. di dalam konsep agama, manusia ditandai sebagai mikrokosmos, bagian dari tatanan kosmos makro.

Manusia diberikan keistimewaan yang ekslusif, dibanding dengan being yang lain dimuka bumi, keistimewaan inilah yang pada akhirnya membawa malapetaka kehidupan sebagai sebuah konsep egoisme karena manusia merupakan obyek yang akan dimanfaatkan untuk kebaikan manusia itu sendiri. Pandangan demikian memang terdengar sangat antroposentris. Namun, bukankah hal itu yang memang terjadi? Kita, manusia, mempercayai bahwa kita diberi mandat untuk menjaga bumi karena menjadi satu-satunya being yang diberi rasionalitas serta akal-budi.

Tidak hanya akal-budi, manusia juga merupakan makhluk emosional yang mampu merasa dan berperilaku berdasarkan perasaan dan nuraninya. Merasakan seluruh cinta dan kasih kepada seluruh makhluk hidup atau bahkan benda mati sekalipun. Perpaduan dari emosi dan akal budi kodrati mampu menciptakan peradaban lengkap dengan segala kompleksitasnya. Manusia juga merupakan makhluk individual yang memiliki perasaan dan pikiran yang hidup serta kehidupan pribadinya dan juga sebagai makhluk sosial yang identitasnya ditentukan dalam sinkronisasi hubungan dengan dunianya.

Namun, di dalam tradisi zen buddhisme, manusia tidak dijadikan sebuah konsep dan bahkan tidak dibicarakan sama sekali. Manusia tidak disebut sebagai makhluk istimewa, tetapi sebagai bagian tak terpisahkan dari segala hal yang ada di alam semesta. Sama halnya dengan segala lainnya. Dalam konsep ini manusia merupakan cerminan dari jiwa universal yang disebut sebagai atman.

Kehidupan yang merupakan suatu hirarki, dimana setiap tingkat struktur biologis merupakan pengembangan dari tingkatan dibawahnya. Selain itu, Manusia juga tidak puas dengan sekedar ada, sekedar hidup. Karena lebih daripada itu manusia membutuhkan makna hidup dan kehidupannya. Makna merupakan intensi dalam arti kumpulan sembarang dunia dimana ada rujukan atas objek tersebut. 

Arti hidup yang dimaksudkan adalah arti hidup bukan untuk dipertanyakan, tetapi direspon karena kita semua bertangung jawab untuk suatu hidup serta memiliki tujuan dan harapan yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup di dunia ini. Untuk mencapai semua itu seseorang harus melakukan sesuatu dalam hidupnya  tidak hanya diam dan bertanya hidup ini untuk apa. 

Makna hidup juga merupakan suatu yang penting dan berharga bagi seseorang individu, apabila seorang berhasil menemukan makna hidup maka kehidupan ini akan dirasakan sangat berarti. Makna hidup merupakan hal yang sangat penting sehingga dapat selalu berubah-ubah seiring berjalannya waktu dan perubahan situasi dalam kehidupan individu tersebut.

Cinta Dan Harapan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline