Lihat ke Halaman Asli

Soekarno Muda dan Bandung Selatan: Perjalanan Melahirkan Ideologi

Diperbarui: 6 Juni 2022   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Pada tanggal 6 Juni 1901 Koesno Sosrodihardjo dilahirkan di Peneleh, Surabaya. Ayahnya berprofesi sebagai guru dan ibunya merupakan keturunan bangsawan dari Bali. 

Ketika berumur sebelas tahun, Koesno berganti nama menjadi Soekarno, dikarenakan ia sering sakit (dalam budaya Jawa, mengganti nama dapat mengatasi sakit-sakitan).

Pernah mendapat penyebutan nama Achmed saat naik haji. Dalam versi yang pernah dikemukakan oleh Dr. Fahruddin Faiz, nama tersebut didapatkan adalah untuk memudahkan dalam imigrasi, karena di luar negeri susah akan nama yang hanya satu kata.

Soekarno bersekolah pertama kali di kota Tulungagung, Jawa Timur. Di tahun 1915, berkat bantuan dari kawan ayahnya, H.O.S Tjokroaminoto, ia diterima di Hogere Burgerschool. Sewaktu studi di HBS, Karno tinggal bersama Tjokroaminoto, dari organisasi yang dipimpin oleh Tjokro pula ia mengenal banyak tokoh, seperti Musso dan Agus Salim. 

Setelah lulus dari HBS, Soekarno Muda beranjak ke Bandung dan melanjutkan pendidikannya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB). Disana ia tinggal di kediaman Haji Sanusi, sahabat karib gurunya, yakni Tjokroaminoto.

***

Suatu hari, Bung Besar bolos kuliah, malah jalan-jalan disekitar Bandung Selatan. Dengan mengayuh sepedanya sampailah di satu pesawahan, dan bertemu seorang petani yang sedang mencangkul sendirian. 

Setelah ditanyai identitas diri, si petani tersebut bernama Aen (di Sunda biasanya kalau memanggil nama seseorang ditambah dengan Mang atau Kang). Ia memiliki sebidang lahan yang digarapnya sendiri dan alatnya pun dia punya.

Namun, dengan kepemilikan secara pribadi, tidak menjadikannya kaya, hidupnya tetap dalam kemiskinan.   

Soekarno Muda berpikir bahwa adanya sistem yang menindas. Penamaan Marhaen pun dalam satu versi berasal dari nama si petani, Mang Aen, yang ditujukan kepada rakyat kecil yang tertindas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline