Lihat ke Halaman Asli

zidanfahmiii

Mahasiswa

Apa Itu Masyarakat Madani

Diperbarui: 20 Desember 2022   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat madani adalah konstruksi bahasa yang "Islami" yang mengacu pada kata al-din, yang umumnya diartikan sebagai agama, berkaitan dengan makna al-tamaddun atau peradaban. Keduanya melebur dengan arti al-Madinah, artinya kota. Jadi penjabaran dari civil society mencakup tiga hal yaitu agama, peradaban dan kota. Di sini, agama adalah sumbernya, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat urban adalah hasilnya.

Gallner (Supriatna) menyebut konsep masyarakat sipil sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai lembaga non-pemerintah yang mandiri dan cukup kuat untuk mengimbangi negara. Victor Perez-Diaz menjelaskan bahwa masyarakat sipil lebih mementingkan keadaan masyarakat yang telah melihat pemerintahan yang terbatas, kebebasan, sistem pasar bebas dan munculnya asosiasi masyarakat yang mandiri dan saling mendukung.

Untuk mewujudkan cita-cita ke arah masyarakat madani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan berbagai prasyarat sebagaimana diungkapkan oleh Han Sung-Jun:

  • Diakui dan dilindunginya hak-hak individu dan kemerdekaan berserikat serta mandiri dari negara.
  • Adanya ruang publik yang memberikan kebebasan bagi siapa saja dalam mengartikulasikan isu-isu politik.
  • Adanya gerakan kemasyarakatan yang berdasar pada nilai-nilai budaya tertentu.
  • Adanya kelompok inti di antara kelompok-kelompok menengah yang mengakar dalam masyarakat dan mampu menggerakkan masyarakat dalam melakukan modernisasi sosial ekonomi.

Sementara itu Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain mengemukakan ciri-ciri masyarakat madani sebagai berikut[1]:

  • Semangat egalitarianisme atau kesetaraan. Egalitarianisme Islam menyangkut rasa keadilan, keberadaan, kerakyatan dan persamaan, prinsip musyawarah (demokrasi partisipatif), hikmat (wisdom), dan rasa perwakilan (representativeness).
  • Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain. Hal ini memandang bahwa siapapun berhak mendapatkan penghargaan atas dedikasi yang telah dilakukan seseorang tanpa melihat nasab, keturunan, ras maupun agamanya.
  • Keterbukaan. Keterbukaan yaitu kesediaan menerima dan mengambil nilai-nilai (duniawi) yang mengandung kebenaran.
  • Toleransi dan Pluralitas. Toleransi dan pluralitas tidak lain adalah wujud civility yaitu sikap kejiwaan pribadi dan sosial yang bersedia melihat diri sendiri tidak selalu benar. Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan.
  • Musyawarah. Musyawarah bersamaan dengan toleransi dan pluralitas merupakan demokrasi yang sebenarnya yang menjadi unsur asasi dari masyarakat madani

Secara umum konsep masyarakat madani merupakan cita-cita seluruh bangsa di dunia, masyarakat madani dicirikan sebagai prasyarat masyarakat yang mandiri dan demokratis. Selain itu, tingkat toleransi yang tinggi menciptakan suasana damai dan sejahtera. 

Secara struktural dan fungsional, masyarakat madani atau civil society merupakan prasyarat ideal bagi bangsa yang maju. Karena suatu negara akan maju ketika kondisi masyarakatnya berada pada tingkat kemandirian dan toleransi terhadap segala perbedaan.

Untuk mencapai keadaan ideal yang diperjuangkan oleh masyarakat sipil, diperlukan tingkat pemberdayaan. Menurut Dawam Rahardjo dapat dilakukan dengan tiga model strategi sebagaimana sebagai berikut[2] :

  • Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik.
  • Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi.
  • Strategi yang memilih pembangunan masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sipil memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang tidak dapat diabaikan. 

Karakteristik masyarakat sipil adalah contohnya

Pertama, ruang publik (Public spere), yaitu penyaluran ide dan pendapat masyarakat (warga) secara bebas menuju kreativitas baik melalui individu, perkumpulan maupun media. 

Kedua, adanya cara hidup yang demokratis, artinya warga negara selalu berperilaku santun dalam interaksi sosial, tanpa perasaan komitmen dan tekanan dari siapapun, tetapi perilaku tersebut dilandasi oleh rasa percaya diri yang tinggi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline