Lihat ke Halaman Asli

Dua Pendiri WhatsApp Hengkang, Salah Facebook?

Diperbarui: 9 Juni 2018   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WhatsApp (Foto: web.whatsapp.com)

WhatsApp adalah perusahaan penyedia layanan mobile messaging yang diciptakan oleh Brian Acton dan Jan Koum pada 24 Februari 2009. Brian Acton dan Jan Koum yang pernah bekerja sebagai pegawai Yahoo. Sempat mengalami kegagalan namun mereka tak menyerah hingga pada saat WhatsApp merilis aplikasi secara resmi yang dapat diunduh di Appstore.

WhatsApp telah diakuisisi Facebook pada tahun 2014 lalu. Padahal Facebook memiliki aplikasi layanan mobile messaging sendiri, Facebook Messenger. Berarti Facebook bertanggung jawab atas kejadian pengunduran diri dua pendiri WhatsApp, yang terbaru Jan Koum yang merupakan co-founder dan CEO WhatsApp pada bulan April yang lalu.

Jan Koum resmi melepaskan jabatannya sebagai jajaran dewan direktur Facebook, Reuters dan Associated Press pada konferensi pers di Laguna Beach, California, Amerika Serikat. Alasan pengunduran diri Jan Koum dari Facebook adalah karena berselisih dengan Facebook soal pengolahan data pribadi pengguna dan melemahkan enkripsinya.

WhatsApp melindungi privasi para pengguna dengan menggunakan teknologi enkripsi yang membuat pesan-pesan tidak bisa dibaca oleh orang lain selain pengirim dan pengguna. Namun sejak diakuisisi, Facebook ingin menggunakan data pribadi para pengguna WhatsApp dan melemahkan teknologi enkripsi. 

Seakan Facebook tak berkaca pada kasus Cambridge Analytica. Perusahaan analisis data Cambridge Analytica membantu kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan mengambil data 50 juta pengguna Facebook dengan menjaring data melalui aplikasi kepribadian yang dipasang di Facebook.

Brian Acton yang lebih dahulu hengkang tahun lalu merupakan keputusan yang tepat. Jan Koum juga pernah meminta agar Facebook tidak mengubah kebijakan soal penanganan data pengguna. Selain itu, data pengguna WhatsApp, seperti nomor telepon, sekarang akan disebarkan ke aplikasi atau perusahaan lain milik Facebook. Data tersebut kemudian akan dipakai sebagai alat untuk mengelola iklan yang muncul saat pengguna membuka Instagram, Facebook, atau sekadar berkirim pesan di WhatsApp.

Facebook padahal adalah perusahaan sosial media terbesar di dunia, seakan tak puas dengan harta yang dimilikinya. Saya pikir Mark Zuckerberg terlalu rakus dalam hal ini, memang Facebook belum balik modal setelah akuisisi WhatsApp. WhatsApp yang sebelumnya berbayar seperti berlangganan koran harian, mungkin kedepannya bisa berubah. Berubah dalam artian harus siap menggunakan WhatsApp dengan iklan. Contohnya saja Facebook dan Instagram yang disesaki banyak iklan sehingga membuat pengguna merasa tidak nyaman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline