Lihat ke Halaman Asli

Zida Sinata Milati

Freelancer, Content Creator, Writer

Ziarah Kubur, Bentuk Syukur Masih Dipertemukan Dengan Ramadan 1445 Hijriah

Diperbarui: 12 Maret 2024   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ziarah Kubur | Dok. milenianews.com 

Hari ini tanggal 11 Maret, saya dan keluarga memang belum menunaikan ibadah puasa, kami berpedoman dan ikut keputusan sidang isbat pemerintah saja. Memang perbedaan awal ramadan maupun awal hari raya Idul Fitri seringkali berbeda, namun toleransi sepertinya sudah terbiasa.

Sebelum memasuki bulan suci Ramadan, saya dan keluarga selalu menyempatkan untuk berziarah kubur di makam keluarga, yakni makam Abah, sudah 3 tahun lebih tepatnya abah dimakamkan di TPU  terdekat yang masih satu desa dengan rumah kami.

Seperti ziarah sebelumnya, kami pergi dengan mengendarai motor dan membawa buku yasin-tahlil serta karpet untuk tempat duduk, kami pergi di jam 16.05 WIB saat cuaca sedang mendung dan sedikit kekhawatiran akan hujan turun.

Namun setelah melantunkan tahlil dan ayat-ayat suci Al-Quran serta menyapu beberapa dedaunan yang jatuh, hujan juga tak kunjung turun, Alhamdulillah. Di TPU, tidak hanya keluarga kami, namun ada juga tetangga lain yang juga memiliki tujuan sama untuk sambang dan memberikan doa pada mendiang keluarga.

Suasana TPU jauh lebih ramai daripada hari-hari sebelumnya, maklum, ziarah kubur sudah menjadi tradisi saat akan memasuki hari-hari yang disakralkan umat Islam seperti menjelang awal ramadan dan di akhir ramadan menjelang hari raya Idul Fitri.

Sudah tiga kali ramadan ini, sosok abah sudah tidak membersamai kami, tapi ingatan masa kecil seringkali melintas tanpa permisi yang hanya menyisakan haru. Kenangan tiap ramadan apalagi saat abah selalu membawa dan menempel jadwal imsakiyah kota kami di salah satu sudut rumah dan menyoret bergantian denganku tiap tanggal yang telah dilalui setelah selesai berbuka, adalah suatu kepuasan tersendiri.

Bagi kami sekeluarga, ziarah kubur selain sebagai sarana kirim doa, juga sebagai pengingat bahwa setiap orang, pada saatnya, juga akan mengalami kematian. Dunia hanya sementara, dan akhiratlah yang kekal, namun sebaik-baiknya adalah sadar bahwa dunia adalah sebuah kesempatan, layaknya seorang petani yang berlomba-lomba dalam menanam kebaikan dan berburu pahala, agar saat di akhirat tinggal panen dan merasakan manfaatnya.

Ziarah kubur menjelang ramadan, adalah salah satu momen yang mengharukan, bagaimana tidak, rasa syukur ini tidak berhenti terucap, karena masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk berjumpa dengan ramadan 1445 hijriyah ini. Bukan ajang membandingkan antara yang masih hidup dengan yang tidak, namun sebagai muhasabah diri, bahwa sejatinya kesempatan tidak datang dua kali.

Saya masih ingat sebuah hadis riwayat muslim yang menjelaskan bahwa seseorang yang wafat, akan terputus amalnya, kecuali sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih/shalihah yang mendoakannya.

Poin ketiga, anak shalih/shalihah yang mendoakan, adalah salah satu ikhtiar kami, anak-anaknya, agar Abah selalu mendapatkan ganjaran pahala, terlepas dari amal yang telah beliau kumpulkan sendiri saat masih hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline