Lihat ke Halaman Asli

Zia Mukhlis

Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Membaca Teguran Tuhan

Diperbarui: 26 Desember 2018   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.eventhunterindonesia.com

Saat fajar masih menyingsing di ufuk timur bumi kutengadahkan tanganku membaca kitab suci yang telah berumur panjang sejak ia diturunkan. Kitab yang diturunkan untuk pengingat dan pemberi kabar baik pada alam semesta. 

Kitab yang jika dibaca ia berpahala, dan jika ia ditadabburi akan membekas pada kedirian dan jiwa manusia. Ia menjadi petunjuk saat manusia lupa dengan diri dan tugasnya di atas bumi, dan juga menjadi penawar dari setiap kegalauan dan rundung masalah yang dihadapi manusia. Dan kita adalah manusia, makhluk yang kepadanya Al Qur'an diturunkan, sudah sadarkah kita?

Dalam salah satu surat dari Al Qur'an ada sebuah surat yang bernama Al Furqan artinya adalah Pembeda. Al Furqan sama dengan Al Faruq yaitu bermakna pembeda. Al Faruq sering kita dengar disematkan setelah nama sahabat nabi, Umar Al Faruq (Umar Bin Khattab), sebab ia menjadi pembeda. 

Lihatlah cara ia masuk Islam, lihatlah cara ia memahami ayat-ayat Allah, lihatlah cara ia berjalan yang setanpun akan mengambil jalan lain saat berpapasan dengannya, lihatlah caranya melihat masyarakat Islam, sejak ia masuk Islam mulailah Islam menjadi lebih kuat, mulailah nabi berdakwah secara terang-terangan. 

Lihatlah Umar ketika ia memimpin umat Islam, ketika ia menjadi Amirul Mu'minin, berapa banyak daerah yang ia buka, bahkan hingga ke Afrika, Mesir. Lihatlah kesederhanaannya bajunya penuh tambalan, benarkah ia Raja yang menguasai Timur dan Barat? tanya seorang tentara Romawi saat menemukannya tidur di Masjid Nabawi. 

Walau bajunya sudah banyak tambalan tetap ada masyarakatnya yang mempertanyakan darimana baju itu ia dapatkan. Ia Umar yang tegas menghadapi urusan masyarakatnya di siang hari, dan bersimpuh dengan rengekan tangis di malam harinya saat sedang berduaan dengan tuhannya. Itulah Al Faruq yang memahami Al Furqan (Al Qur'an), ia beda dari makhluk yang lain dan beda dari hamba yang lain.

Dalam surat Al Furqan, Allah memulai surat ini dengan pujian atas dirinya dan mengingatkan bahwa Allah lah yang telah menurunkan Al Furqan (Al Qur'an) kepada nabi Muhammad agar menjadi peringatan pada seluruh alam, baik untuk jin apalagi manusia. Lalu pada ayat kedua kita dibuat-Nya merenung oleh Allah, "Yang memiliki kerajaan langit dan bumi...". adakah yang memiliki kerajaan seluruh bumi ini? jika kita membaca sejarah belum ada seorang rajapun yang semasa hidupnya telah menguasai seluruh wilayah di muka bumi ini? Alexander The Great dikenal sebagai penakluk dunia, kekuasaannya membentang dari barat hingga timur, namun itu semua bukan hasil kerjanya sendiri, pendahulunya telah memulai terlebih dahulu dan ia melanjutkan saja. 

Kekuasaan Islam pernah hampir menguasai satu pertiga dari dunia ini, namun itu juga masih belum seluruh dunia, dan itu dicapai berabad-abad lamanya dan bukan oleh satu orang, tapi berbagai dinasti dan sultan-sultan. Sedangkan Allah adalah pemilik sekaligus penguasa kerajaan langir dan bumi. Lihatlah Allah pada ayat ini menggunakan kata 'kerajaan', menunjukkan bahwa Allah sang raja dan ia berkuasa atas bumi dan langit. 

Coba kita bayangkan sesuai akal kita, yang terbayang oleh kita jika ada seorang raja yang berkuasa di suatu wilayah tentu ia berhak atas wilayah tersebut, hendak ia makmurkan atau ia hancurkan itu adalah haknya, sebab ialah sang penguasa. Lalu hak tersebut tentu juga berlalu pada Allah, bahkan kepastian bagi Allah untuk melakukan apa yang ia kehendaki. 

Maka atas kerajaan bumi dan langit yang ia kehendaki apapun bisa terjadi. Baik itu baik ataupun itu buruk, Allah berhak atas bumi ini, manusia di atasnya, dan alam sekalipun.

Sepakat kita bahwa apa yang terjadi atas musibah tsunami (22/12) yang menimpa wilayah sekitar Selat Sunda adalah kuasa dan kehendak Allah. Allah lah yang menjadikan tsunami itu ada, Allah lah yang menjadikan orang-orang tidak tahu tsunami itu datang, BMKG tak bisa mendeteksi bahaya yang datang, tak ada orang mengira tsunami itu adalah efek dari aktivitas anak Karakatau dan lainnya segala kealpaan manusia saat itu. Tak hanya musibah di Selat Sunda ini saja, di Sulawesi beberapa bulan yang lalu, di NTB, dan dimanapun itu semua adalah haknya Allah. Lalu insyaflah 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline