Dirgahayu Indonesia
Mulai menua dirimu
73 umurmu
Tak peduli apapun padamu
Kau masih tetap padaku
Aku ada untukmu
Anak muda yang hatinya selalu bergetar
Setiap tanggal 17 agustus kita selalu merayakan kemerdekaan kita Indonesia. Hingga kini telah 73 kali kita merayakan kemerdekaan itu. Ketika disebut perayaan kemerdekaan Indonesia maka yang terbayang oleh kita adalah lomba pacu karung, makan kerupuk, kelereng, panjat pinang dan segala lomba happy-happy lainnya.
Padahal dalam memperingati "hari kemerdekaan" seharusnya kita tak hanya happy-happy tapi juga bersyukur dan merefleksikan kemerdekaan ini dengan cara yang lebih bijaksana.
Nah, di sini Pelajar Islam Indonesia Sumatera Barat mencoba untuk bijaksana dalam memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-73 dengan mengadakan kelas ilmiah. Mengkaji sesuatu yang bermanfaat dan mencoba menyiapkan proyek besar untuk Indonesia yang lebih baik.
Pada hari minggu, 19 agustus 2018 di sekretariat Pengurus Wilayah PII Sumatera Barat diadakan kajian tentang pemikiran Prof. Naquib Al Attas mulai dari waktu duha hingga pukul sembilan malam bersama kanda Ir. Achmad A. Nurhono, MSc murid langsung Prof. Naquib Al Attas dan juga sebagai Keluarga Besar PII. Pesertanya adalah kader-kader PII se-sumatera barat yang sangat antusias dalam mengikuti kajian ilmiah ini.
Sejak awal kajian ini di mulai, kanda Nurhono telah menyentrum seluruh peserta habis-habisan, kritikan mulai dari kebiasaan jam karet orang Indonesia dan hal kecil lainnya yang sering di anggap remeh oleh kita orang Indonesia, padahal kita mengaku berislam namun perilaku kita belum mencerminkan demikian.
Selanjutnya barulah masuk pada pemikiran Prof. Al Attas sendiri tentang 'konsep adab' yang telah beliau gaungkan sejak tahun 1970-an. Dari paparan kanda Nurhono, "konsep adab ini adalah konsep revolusi!".
Paparan ini taka akan dipahami kecuali kita telah mengkaji pikiran Prof. Al Attas secara mendalam. Setelah duduk lama bersama muridnya ini baru pahamlah peserta apa yang di maksud dengan 'adab adalah revolusi'.
Maknanya yang sangat dalam dan pengaruhnya yang sangat luas makanya ia disebut sebagai konsep revolusi. Walau demikian duduk selama hampir 12 jam bersama murid Al Attas peserta baru memahami kulit-kulit luarnya saja, belum isinya yang perlu pengkajian secara langsung bersama Prof. Al Attas sendiri ataupun murid-miridnya yang lain.