Lihat ke Halaman Asli

Zia ul Haramein

Jangan mati sebelum menulis

Saat Manusia Iri Kepada Penghuni Kubur

Diperbarui: 14 Maret 2021   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Datangnya hari akhir adalah suatu keniscayaan. Seluruh orang yang beriman tentu mengimani hal ini. Namun tidak seorang pun mengetahui kapan datangnya hari kiamat. Berbagai literatur keislaman menyatakan bahwa akhir zaman akan tiba dengan petunjuk-petunjuk yang menyertainya. Ketika satu per satu isyarat ini terjadi, maka dapat dimaknai bahwa dunia sejatinya sedang memasuki fase kehancurannya. Dan hal semacam ini tidak dapat diprediksi oleh siapa pun.

Dalam kitab Majma' al-Zawaid, Imam Ibnu Hajar al-Haitami meriwayatkan sebuah hadis mengenai fase umat Nabi Muhammad ﷺ di akhir zaman. Dari Hudzaifah ra., Rasulullah ﷺ bersabda,

"(Periode) kenabian yang ada pada kalian akan Allah angkat (tuntaskan) sesuai kehendakNya, dilanjutkan kekhalifahan ala (tata kelola) kenabian yang juga akan Allah angkat (tuntaskan) sesuai kehendakNya, dilanjutkan (sistem) kerajaan yang menggigit (otoriter) yang juga akan Allah angkat (tuntaskan) sesuai kehendakNya, lalu diakhiri dengan kekhalifahan ala (tata kelola) kenabian."

Dari hadis ini dapat kita lihat beberapa fase yang juga menjadi indikator akhir zaman yang disebutkan Baginda Nabi ﷺ. Fase kenabian sudah selesai 14 abad lalu. Disusul fase khilafah yang bertahta selama kurang lebih 30 tahun, yaitu kepemimpinan empat Khilafah Rasyidah; Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhum. Sebelum kembali kepada kekhalifahan yang bersifat kenabian di ujung zaman nanti, tidak berlebihan jika disebut bahwa kita sekarang sedang berada pada fase sebelum akhir. Tersisa satu fase lagi di hadapan kita menuju musnahnya alam semesta.

Dekatnya Hari Kiamat

Tanpa melihat hadis-hadis yang berkaitan dengan fase di atas pun, sejatinya Nabi Muhammad ﷺ telah memberikan warning mengenai dekatnya umat ini dengan hari kiamat. Sahabat Sahal bin Sa'd ra. berkata, "Aku melihat Rasulullah ﷺ berisyarat dengan kedua jarinya (telunjuk dan tengah) sambil bersabda, '(Jarak) antara saat aku diutus (menjadi rasul) dan datangnya hari kiamat ialah seperti (dua jari) ini'. Yakni menandakan dekatnya kedua masa tersebut". Atau mengenai kisah sekelompok Badui yang bertanya pada Nabi ﷺ tentang datangnya hari kiamat, "Kapankah datangnya hari kiamat, wahai Nabi?" Lalu Nabi ﷺ memandang di antara mereka yang usianya paling muda seraya menjawab, "Seandainya dia (masih) hidup, sebelum menjadi tua renta, maka kiamat akan terjadi". Dua hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.

Kedua hadis di atas dapat dipahami dari beberapa pendekatan, salah satunya ialah memahami hadis secara Majaz. Dalam ilmu linguistik Arab, sebuah kalimat jika ia merujuk pada makna aslinya maka disebut Haqiqah. Sebaliknya, jika secara konotasi menunjukkan makna lain maka disebut Majaz. Keduanya acapkali terdapat pada hadis Nabi ﷺ. Jarak antara kedua jari yang Nabi ﷺ isyaratkan secara konotatif ialah sebuah kata kiasan yang memang berarti sangat dekat. Namun kita juga harus memahami bahwa 'dekat' dalam dimensi alam semesta dan ketentuan Allah tidaklah sama.

Sedangkan hadis yang kedua, meski tidak dipahami secara konotatif, namun inilah bentuk keistimewaan gaya bahasa Nabi ﷺ. Di hadis ini, sebagai pembaca awam tentu kita akan berfikir bahwa, "Pasti anak muda tersebut saat ini sudah meninggal, tapi kiamat belum juga terjadi". Perkataan Nabi ﷺ di hadis ini tidak lantas dipahami secara haqiqi, namun lebih ke arah peringatan sebagaimana di hadis pertama tadi. Jika kita memahaminya secara tekstual, maka dapat membuka celah sikap ketidakpercayaan terhadap Baginda Nabi ﷺ, padahal beliau adalah manusia paling jujur yang pernah Allah ciptakan. Segala yang Beliau ucapkan pun bukanlah atas dasar hawa nafsu, melainkan atas wahyu dari Allah, sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Najm : 3-4.

Pemahaman kontekstual hadis kedua ini yaitu dengan memahami bahwa 'dekat' dalam diskursus eskatologi bukanlah perkara bilangan tahun. Kita dituntut, dalam waktu yang singkat ini, untuk senantiasa mawas diri, muhasabah, memohon ampunanNya, dan yang terpenting yaitu kita menyadari bahwa hidup di dunia ini singkat; sesingkat jarak antara jari telunjuk dan jari tengah atau sesingkat usia manusia pada umumnya. Dengan demikian kita dapat senantiasa mengisi setiap detik kita dengan kebaikan dan ber-istighfar dari segala kesalahan.

Iri Terhadap Penghuni Kubur

Dahsyatnya huru-hara akhir zaman belum pernah terlintas dalam pikiran kita. Sebab tidak satupun dari manusia yang pernah mengalaminya. Namun, hal-hal yang bersifat gaib dapat kita temui prediksinya dalam hadis-hadis Nabi ﷺ. Seringkali Baginda ﷺ mengabarkan kondisi akhir zaman kelak dengan kalimat "laa taquumus-saa'ah, hatta..." (tidaklah hari kiamat akan terjadi, hingga...) dengan diiringi berbagai kejadian menakjubkan yang menyertainya. Sebagai contoh, kelak menjelang hari kiamat akan banyak terjadi peristiwa "haraj". Ketika para sahabat menanyakan apa arti haraj, Rasulullah ﷺ menjawab, "pembuhunan". Atau di hadis lain disebutkan bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga terdapat dua kubu besar yang saling berperang, padahal mereka menyeru kepada hal yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline